Liputan6.com, Bekasi: Kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-200 milik Maskapai Mandala Airlines di kawasan Padang Bulan, Medan, Sumatra Utara, Senin (5/9) menyisakan duka mendalam. Selain menewaskan ratusan penumpang, lima awak pesawat juga dilaporkan meninggal dunia, tak terkecuali pramugari Novi Maulana Sova dan Agnes Retnaning Lestari. Padahal dua bulan ke depan, keduanya berencana menikah.
Bak petir di tengah hari bolong, kabar kematian Novi benar-benar mengguncang keluarga Muhammad Budiono-Oniawati. Mereka seperti tak percaya ajal begitu cepat menjemput Novi. Padahal, pagi tadi, mereka masih sempat bercengkerama sebelum mobil Mandala Airlines menjemput perempuan berwajah oval itu. Mereka sama sekali tak menyangka itulah pertemuan terakhir.
Rasa sesak makin menjadi manakala keluarga besar yang tinggal di Perumahan Umum Rawa Lumbu, Bekasi Timur, Jawa Barat teringat rencana mulia Novi. Rencananya, pada 13 November 2005, Novi akan melepas masa lajangnya. Keluarga Budiono, petang tadi, sudah berangkat ke Medan untuk ikut mengidentifikasi jenazah Novi.
Kesedihan juga menyergap keluarga Imanuel Narto, ayah dari Agnes. Mereka mengetahui kecelakaan yang mengakibatkan Agnes tewas lewat televisi. Imanuel mengaku tidak mendapat pemberitahuan dari pihak Mandala Airlines. Untuk memastikan kondisi anaknya, Imanuel akan berangkat dari Yogyakarta ke Medan melalui Jakarta dengan biaya sendiri.
Menurut Imanuel, rencananya Agnes pulang ke Yogyakarta, besok. Seperti juga Novi, perempuan berambut panjang ini tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya pada 10 Desember mendatang. "Ya, memang dia akan menikah," kata Rosalin Wasmiyati, ibu Agnes. Adapun Agnes berkarier sebagai pramugari Mandala sejak 1994.
Satu lagi pramugari yang bertugas di pesawat nahas itu adalah Dewi Setiasih. Saat ini, kerabat dan tetangga Dewi berkumpul di rumah duka di Kompleks Bukit Indah, Sarua, Ciputat, Tangerang, Banten. Sedangkan orang tua Dewi, Suprianto dan Tuti Rahayu sudah bertolak ke Medan dari Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Dina Dwi Pujiastuti, adik Dewi mengaku amat terpukul atas musibah ini. Dina masih tidak percaya karena semalam masih bercanda riang dengan kakaknya. "Aku pergi sebentar, pas pulang Mbak Dewi sudah tidur," kata Dina, tersedu. Ketika Dewi pergi bertugas pagi tadi, Dina mengaku tidak sempat bertemu.
Kejadian yang menelan korban jiwa hampir 109 orang itu juga menewaskan pilot Mandala Askar Timur dan co-pilot Daufir Effendi. Pesawat itu jatuh di atas pemukiman penduduk di kawasan Padang Bulan, Medan [baca: Pesawat Mandala Airlines Jatuh di Medan].
Kesedihan juga menyelimuti warga Sumatra Utara. Tiga tokoh setempat, yaitu Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Raja Inal Siregar serta Abdul Halim Harahap ikut menjadi korban pesawat nahas itu. Rizal Nurdin ke Jakarta untuk mengikuti pertemuan gubernur se-Indonesia dengan Presiden Susilo Bambang Yudhono.
Maryam, istri Rizal Nurdin yang berada Jakarta bergegas pulang ke Medan begitu mendengar berita duka itu. Hingga berita ini ditulis, kerabat dan pejabat pemerintah Provinsi Sumut berkumpul di rumah Rizal Nurdin. Mereka menunggu kedatangan jenazah Rizal yang dilaporkan masih dalam proses identifikasi. Sementara jenazah Raja Inal sudah berhasil dikenali.
Tengku Rizal Nurdin lahir 21 Februari 1948. Posisi Gubernur Sumut periode 2003-2008 diemban Rizal untuk kedua kalinya. Sebelumnya, purnawirawan jenderal bintang tiga ini menjabat Panglima Komando Daerah Militer I Bukit Barisan. Rizal meninggalkan seorang istri dan dua putri.
Raja Inal Siregar menduduki jabatan Kepala Daerah Sumut sejak 1988 selama dua periode hingga 1998. Inal juga lulusan Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI. Setelah tidak menjadi gubernur, Inal berkiprah di lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Almarhum meninggalkan istri, Yuniar Pane dan empat anak.
Seorang lagi pejabat asal Sumut yang tewas dalam kecelakaan pesawat itu adalah anggota DPD Abdul Halim Harahap, kelahiran Medan 11 Mei 1958. Pada pemilihan umum secara langsung tahun silam, Abdul Halim meraih suara terbanyak di daerah Sumut. Suami dari Hafsah Hasibuan itu juga dikenal sebagai ulama dari Al Wasilah.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Bak petir di tengah hari bolong, kabar kematian Novi benar-benar mengguncang keluarga Muhammad Budiono-Oniawati. Mereka seperti tak percaya ajal begitu cepat menjemput Novi. Padahal, pagi tadi, mereka masih sempat bercengkerama sebelum mobil Mandala Airlines menjemput perempuan berwajah oval itu. Mereka sama sekali tak menyangka itulah pertemuan terakhir.
Rasa sesak makin menjadi manakala keluarga besar yang tinggal di Perumahan Umum Rawa Lumbu, Bekasi Timur, Jawa Barat teringat rencana mulia Novi. Rencananya, pada 13 November 2005, Novi akan melepas masa lajangnya. Keluarga Budiono, petang tadi, sudah berangkat ke Medan untuk ikut mengidentifikasi jenazah Novi.
Kesedihan juga menyergap keluarga Imanuel Narto, ayah dari Agnes. Mereka mengetahui kecelakaan yang mengakibatkan Agnes tewas lewat televisi. Imanuel mengaku tidak mendapat pemberitahuan dari pihak Mandala Airlines. Untuk memastikan kondisi anaknya, Imanuel akan berangkat dari Yogyakarta ke Medan melalui Jakarta dengan biaya sendiri.
Menurut Imanuel, rencananya Agnes pulang ke Yogyakarta, besok. Seperti juga Novi, perempuan berambut panjang ini tengah sibuk mempersiapkan pernikahannya pada 10 Desember mendatang. "Ya, memang dia akan menikah," kata Rosalin Wasmiyati, ibu Agnes. Adapun Agnes berkarier sebagai pramugari Mandala sejak 1994.
Satu lagi pramugari yang bertugas di pesawat nahas itu adalah Dewi Setiasih. Saat ini, kerabat dan tetangga Dewi berkumpul di rumah duka di Kompleks Bukit Indah, Sarua, Ciputat, Tangerang, Banten. Sedangkan orang tua Dewi, Suprianto dan Tuti Rahayu sudah bertolak ke Medan dari Bandar Udara Soekarno-Hatta.
Dina Dwi Pujiastuti, adik Dewi mengaku amat terpukul atas musibah ini. Dina masih tidak percaya karena semalam masih bercanda riang dengan kakaknya. "Aku pergi sebentar, pas pulang Mbak Dewi sudah tidur," kata Dina, tersedu. Ketika Dewi pergi bertugas pagi tadi, Dina mengaku tidak sempat bertemu.
Kejadian yang menelan korban jiwa hampir 109 orang itu juga menewaskan pilot Mandala Askar Timur dan co-pilot Daufir Effendi. Pesawat itu jatuh di atas pemukiman penduduk di kawasan Padang Bulan, Medan [baca: Pesawat Mandala Airlines Jatuh di Medan].
Kesedihan juga menyelimuti warga Sumatra Utara. Tiga tokoh setempat, yaitu Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin dan anggota Dewan Perwakilan Daerah Raja Inal Siregar serta Abdul Halim Harahap ikut menjadi korban pesawat nahas itu. Rizal Nurdin ke Jakarta untuk mengikuti pertemuan gubernur se-Indonesia dengan Presiden Susilo Bambang Yudhono.
Maryam, istri Rizal Nurdin yang berada Jakarta bergegas pulang ke Medan begitu mendengar berita duka itu. Hingga berita ini ditulis, kerabat dan pejabat pemerintah Provinsi Sumut berkumpul di rumah Rizal Nurdin. Mereka menunggu kedatangan jenazah Rizal yang dilaporkan masih dalam proses identifikasi. Sementara jenazah Raja Inal sudah berhasil dikenali.
Tengku Rizal Nurdin lahir 21 Februari 1948. Posisi Gubernur Sumut periode 2003-2008 diemban Rizal untuk kedua kalinya. Sebelumnya, purnawirawan jenderal bintang tiga ini menjabat Panglima Komando Daerah Militer I Bukit Barisan. Rizal meninggalkan seorang istri dan dua putri.
Raja Inal Siregar menduduki jabatan Kepala Daerah Sumut sejak 1988 selama dua periode hingga 1998. Inal juga lulusan Angkatan Darat dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI. Setelah tidak menjadi gubernur, Inal berkiprah di lembaga Dewan Perwakilan Daerah. Almarhum meninggalkan istri, Yuniar Pane dan empat anak.
Seorang lagi pejabat asal Sumut yang tewas dalam kecelakaan pesawat itu adalah anggota DPD Abdul Halim Harahap, kelahiran Medan 11 Mei 1958. Pada pemilihan umum secara langsung tahun silam, Abdul Halim meraih suara terbanyak di daerah Sumut. Suami dari Hafsah Hasibuan itu juga dikenal sebagai ulama dari Al Wasilah.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)