Liputan6.com, Medan: Keluarga korban hingga Selasa (6/9) malam, masih berupaya mengindentifikasi jenazah korban pesawat Mandala Airlines yang jatuh di Medan, Sumatra Utara, kemarin. Berdasarkan pengamatan SCTV, dengan menahan rasa sedih dan ketidaknyamanan lainnya, para keluarga meneliti satu per satu jasad para korban di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan [baca: Puluhan Jenazah Belum Teridentifikasi ].
Mereka mencocokkan dengan ciri-ciri fisik selagi korban hidup. Identifikasi ini tak berlangsung mudah karena sejumlah jenazah sudah tak berbentuk lagi. Jika pihak keluarga yakin dan menemukan ciri yang sesuai, lantas tangis pun tak tertahankan.
Sebelumnya, pihak rumah sakit telah memberi beberapa petunjuk untuk memudahkan keluarga mencari kerabatnya. Di antaranya dengan foto dan catatan gigi korban. Selain jasad korban, identitifikasi juga dilakukan dengan mengenali pakaian, barang bawaan atau apapun yang melekat di tubuh korban.
Rencananya batas identifikasi akan berakhir besok sekitar pukul 11.00 WIB. Menurut Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, jika sampai batas waktu tersebut korban masih belum dapat dikenali, mayat-mayat itu akan dikuburkan secara massal. "Sesuai dengan pembicaraan saya dengan pihak rumah sakit kemarin, bahwa jenazah itu hanya bisa bertahan tiga hari," kata Hatta menjelaskan pengambilan keputusan itu.
Sejauh ini masih sekitar 61 jenazah yang belum terindentifikasi. Lokasi pemakaman massal kini telah digali. Tempatnya tak jauh dari lokasi pemakaman massal korban pesawat Garuda yang jatuh di Sibolangit, Medan, pada 1997.
Tragedi jatuhnya burung besi bernomor penerbangan RI-091 ini juga mengungkap adanya kelemahan administrasi Mandala Airlines. Pasalnya, tak semua nama korban terdaftar dalam manifes penerbangan. Ini terungkap saat Yulianti, salah seorang korban yang menumpang pesawat ini, ternyata namanya tak tercantum. Mahasiswi asal Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, ini menggunakan tiket atas nama orang lain.
Keluarga besar korban yang ada di Lhokseumawe memastikan Yulianti menjadi salah satu korban. Kepastian ini diperoleh pihak keluarga setelah orang tua korban datang ke Medan untuk mencari jenazah Yulianti. Orang tua korban menemukan koper sang anak saat akan dijarah seseorang dan kini diamankan. Menurut Zulkifri, kakak korban, adiknya menggunakan pesawat nahas itu untuk kembali ke Bogor, Jawa Barat, melalui Jakarta guna menyelesaikan kuliahnya. Nama sang adik memang tak tercatat di manifes karena membeli tiket melalui calo. Hingga kini belum diketahui nama yang tercantum pada tiket yang digunakan Yulianti.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)
Mereka mencocokkan dengan ciri-ciri fisik selagi korban hidup. Identifikasi ini tak berlangsung mudah karena sejumlah jenazah sudah tak berbentuk lagi. Jika pihak keluarga yakin dan menemukan ciri yang sesuai, lantas tangis pun tak tertahankan.
Sebelumnya, pihak rumah sakit telah memberi beberapa petunjuk untuk memudahkan keluarga mencari kerabatnya. Di antaranya dengan foto dan catatan gigi korban. Selain jasad korban, identitifikasi juga dilakukan dengan mengenali pakaian, barang bawaan atau apapun yang melekat di tubuh korban.
Rencananya batas identifikasi akan berakhir besok sekitar pukul 11.00 WIB. Menurut Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, jika sampai batas waktu tersebut korban masih belum dapat dikenali, mayat-mayat itu akan dikuburkan secara massal. "Sesuai dengan pembicaraan saya dengan pihak rumah sakit kemarin, bahwa jenazah itu hanya bisa bertahan tiga hari," kata Hatta menjelaskan pengambilan keputusan itu.
Sejauh ini masih sekitar 61 jenazah yang belum terindentifikasi. Lokasi pemakaman massal kini telah digali. Tempatnya tak jauh dari lokasi pemakaman massal korban pesawat Garuda yang jatuh di Sibolangit, Medan, pada 1997.
Tragedi jatuhnya burung besi bernomor penerbangan RI-091 ini juga mengungkap adanya kelemahan administrasi Mandala Airlines. Pasalnya, tak semua nama korban terdaftar dalam manifes penerbangan. Ini terungkap saat Yulianti, salah seorang korban yang menumpang pesawat ini, ternyata namanya tak tercantum. Mahasiswi asal Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, ini menggunakan tiket atas nama orang lain.
Keluarga besar korban yang ada di Lhokseumawe memastikan Yulianti menjadi salah satu korban. Kepastian ini diperoleh pihak keluarga setelah orang tua korban datang ke Medan untuk mencari jenazah Yulianti. Orang tua korban menemukan koper sang anak saat akan dijarah seseorang dan kini diamankan. Menurut Zulkifri, kakak korban, adiknya menggunakan pesawat nahas itu untuk kembali ke Bogor, Jawa Barat, melalui Jakarta guna menyelesaikan kuliahnya. Nama sang adik memang tak tercatat di manifes karena membeli tiket melalui calo. Hingga kini belum diketahui nama yang tercantum pada tiket yang digunakan Yulianti.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)