Liputan6.com, Tangerang: Rini Dina, seorang yang diduga korban flu burung meninggal di Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, Sabtu (10/9) sekitar pukul 20.55 WIB. Perempuan berusia 37 tahun itu dirawat sejak 6 September silam. Rini terindikasi terserang pneumonia.
Menurut Direkur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Nyoman Kandun, Rini dirawat sejak Selasa silam. Kondisi korban sempat beberapa kali membaik. Namun Sabtu sore, kondisi korban memburuk dan tak tertolong meski dirawat di ruang perawatan khusus yang diisolasi.
Kini, jenazah Rini telah dibawa ke rumahnya Semarang, Jawa Tengah sekitar pukul 05.00 WIB. Rencananya Departemen Kesehatan juga mengirimkan spesimen darah Rini ke laboratorium di Hongkong. Diperkirakan hasil tes akan diumumkan sekitar lima hingga enam hari mandatang.
Menurut Marketing RS Internasional Bintaro Nailufar, saat pertama dirawat kondisi pasien sudah memburuk. "Pasien kesadarannya menurun dengan gagal napas," kata Nailufar. Pasien langsung dirawat oleh sejumlah tim dokter dari spesialis paru-paru, penyakit dalam, dan anatesis.
Pihak rumah sakit pun berkoordinasi dengan Depkes dua hari setelah Rini dirawat. Menurut Nailufar, langkah itu diambil karena mulai ada indikasi pasien terserang flu burung. Pasien langsung dirawat di ruang isolasi. Tim dokter juga dilengkapi masker dan sarung tangan untuk menghindari penularan.
Menyikapi ini, Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari langsung menggelar rapat mendadak dan tertutup. Hadir dalam rapat itu, pihak Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dinas Kesehatan Tangerang, dan pihak RS Internasional Bintaro. Namun Depkes baru memberikan pernyataan resmi besok sekitar pukul 11.00 WIB.
Menurut Supari, sebagian data tentang penyebab kematian Rini yang diduga karena virus avian influenza ini sudah terkumpul. Namun menurut Supari, pihaknya masih belum bisa menjelaskan penyebab pasti meninggalnya korban. "Kami masih membutuhkan beberapa data lagi," kata Supari.
Sebelumnya virus ini telah menewaskan tiga warga Tangerang pada awal Juli silam. Iwan Siswara Rafei serta dua putrinya Sabrina Nur Aisah dan Talita Nurul Azijah dinyatakan positif terjangkit virus H5N1 setelah spesimen jaringan dan darah mereka diperiksa di laboratorium WHO di Hongkong.
Pemerintah yang pada awalnya tak bersemangat menyelidiki kasus ini, langsung bergerak. Di antaranya memusnahkan babi yang diduga tertular virus mematikan dan yang berada didekat rumah korban [baca: Babi Pengidap Flu Burung Bakal Dimusnahkan].
Hingga kini, asal virus flu burung yang penyebab keluarga Iwan tewas meninggal belum diketahui. Petugas Depkes dan WHO telah beberapa kali ke rumah Iwan, tapi hasilnya tetap nihil. Pemerintah angkat tangan. Penyelidikan mengenai asal virus pun dihentikan [baca: Penelitian Penyebab Kematian Iwan Siswara Dihentikan].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)
Menurut Direkur Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Nyoman Kandun, Rini dirawat sejak Selasa silam. Kondisi korban sempat beberapa kali membaik. Namun Sabtu sore, kondisi korban memburuk dan tak tertolong meski dirawat di ruang perawatan khusus yang diisolasi.
Kini, jenazah Rini telah dibawa ke rumahnya Semarang, Jawa Tengah sekitar pukul 05.00 WIB. Rencananya Departemen Kesehatan juga mengirimkan spesimen darah Rini ke laboratorium di Hongkong. Diperkirakan hasil tes akan diumumkan sekitar lima hingga enam hari mandatang.
Menurut Marketing RS Internasional Bintaro Nailufar, saat pertama dirawat kondisi pasien sudah memburuk. "Pasien kesadarannya menurun dengan gagal napas," kata Nailufar. Pasien langsung dirawat oleh sejumlah tim dokter dari spesialis paru-paru, penyakit dalam, dan anatesis.
Pihak rumah sakit pun berkoordinasi dengan Depkes dua hari setelah Rini dirawat. Menurut Nailufar, langkah itu diambil karena mulai ada indikasi pasien terserang flu burung. Pasien langsung dirawat di ruang isolasi. Tim dokter juga dilengkapi masker dan sarung tangan untuk menghindari penularan.
Menyikapi ini, Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari langsung menggelar rapat mendadak dan tertutup. Hadir dalam rapat itu, pihak Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dinas Kesehatan Tangerang, dan pihak RS Internasional Bintaro. Namun Depkes baru memberikan pernyataan resmi besok sekitar pukul 11.00 WIB.
Menurut Supari, sebagian data tentang penyebab kematian Rini yang diduga karena virus avian influenza ini sudah terkumpul. Namun menurut Supari, pihaknya masih belum bisa menjelaskan penyebab pasti meninggalnya korban. "Kami masih membutuhkan beberapa data lagi," kata Supari.
Sebelumnya virus ini telah menewaskan tiga warga Tangerang pada awal Juli silam. Iwan Siswara Rafei serta dua putrinya Sabrina Nur Aisah dan Talita Nurul Azijah dinyatakan positif terjangkit virus H5N1 setelah spesimen jaringan dan darah mereka diperiksa di laboratorium WHO di Hongkong.
Pemerintah yang pada awalnya tak bersemangat menyelidiki kasus ini, langsung bergerak. Di antaranya memusnahkan babi yang diduga tertular virus mematikan dan yang berada didekat rumah korban [baca: Babi Pengidap Flu Burung Bakal Dimusnahkan].
Hingga kini, asal virus flu burung yang penyebab keluarga Iwan tewas meninggal belum diketahui. Petugas Depkes dan WHO telah beberapa kali ke rumah Iwan, tapi hasilnya tetap nihil. Pemerintah angkat tangan. Penyelidikan mengenai asal virus pun dihentikan [baca: Penelitian Penyebab Kematian Iwan Siswara Dihentikan].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)