Sukses

KRL Impor dari Jepang Diuji Coba

Pemerintah mendatangkan KRL seharga Rp 6 miliar itu sebanyak dua unit, satu di antaranya mulai dioperasikan awal Oktober mendatang. KRL itu sudah digunakan di Jepang antara 20 tahun hingga 30 tahun.

Liputan6.com, Jakarta: PT Kereta Api Indonesia Divisi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabotabek) menguji coba kereta rangkaian listrik (KRL) yang baru diimpor dari Jepang di Jakarta, Kamis (22/9). Pemerintah membeli KRL berfasilitas penyejuk ruangan itu seharga Rp 6 miliar sebanyak dua unit. &quotDi sananya (Jepang) juga bukan barang rongsokan (KRL),&quot ujar Kepala Divisi Jabotabek PT KAI Rachmadi.

Kereta yang sedang diuji coba merupakan KRL yang sudah digunakan di Negeri Matahari Terbit antara 20 tahun hingga 30 tahun. Meski berusia tua, PT KAI menyatakan, KRL tersebut masih layak digunakan hingga 15 tahun lagi. Satu KRL di antaranya yang sudah diuji coba mulai dioperasikan awal Oktober nanti. Kereta dengan delapan gerbong berkapasitas 1.600 penumpang sekali angkut itu memiliki tempat duduk khusus untuk ibu hamil dan orang cacat.

Mengenai biaya perawatan, PT KAI harus lebih merogoh kocek lebih dalam. Dari sebelumnya cuma menghabiskan Rp 120 juta per tahun, kini menjadi Rp 500 juta per tahun. Boleh jadi biaya ekstra itu sepadan. Terutama bila dibandingkan dengan biaya perawatan yang murah, tapi cenderung mengancam keselamatan penumpang [baca: DPR Sepakat Membantu Restrukturisasi PT KAI].

Alasan PT KAI mengimpor KRL dari Jepang adalah mengingat jumlah penumpang di jalur Jabotabek cukup tinggi. Gerbong-gerbong kereta pun tak mampu menampung jumlah penumpang yang melebihi kapasitas, termasuk mereka yang duduk di atap kereta.(AIS/Winny Arnold dan Yon Helfi)

    EnamPlus