Sukses

Pendukung dan Penentang Bupati Terpilih Banyuwangi Bentrok

Keributan terjadi saat pendukung Bupati terpilih Banyuwangi, Jatim, Ratna Ani Lestari-Yusuf Nurhadi Iskandar menuntut DPRD segera melantik Ratna-Yusuf. Bentrokan diwarnai pemukulan juru kamera sebuah stasiun televisi swasta.

Liputan6.com, Banyuwangi: Massa pendukung dan antipasangan Bupati terpilih Banyuwangi, Jawa Timur, Ratna Ani Lestari-Yusuf Nurhadi Iskandar terlibat bentrokan. Kerusuhan terjadi di Kantor DPRD Banyuwangi, Selasa (27/9).

Kericuhan terjadi saat sebagian massa berunjuk rasa menuntut DPRD cepat melantik Ratna dan Yusuf sebagai Bupati Banyuwangi. Namun, sejumlah kiai menghadang dan menolak pelantikan Ratna-Yusuf. Mereka menilai Ratna-Yusuf telah memalsukan dokumen. Keributan pun diwarnai pemukulan salah satu juru kamera sebuah stasiun televisi swasta.

Kericuhan baru mereda setelah polisi berhasil memisahkan dua kelompok bertikai itu. Ketua DPRD Banyuwangi, Achmad Wahyudi kemudian menemui 10 orang perwakilan dari pendukung Ratna-Yusuf. Bahkan, kesepuluh orang itu berhasil mendesak anggota Dewan menggelar rapat panitia musyawarah guna memutuskan pelantikan Ratna-Yusuf, hari itu juga. Namun, tak semua anggota panmus sepakat. Akhirnya diputuskan, rapat dilangsungkan besok.

Tapi, ternyata, tidak semua pendukung Ratna-Yusuf bisa menerima keputusan di atas. Mereka mengancam akan menggelar demonstrasi lebih besar bila DPRD ingkar janji. Sebab, pelantikan Ratna-Yusuf sudah ada surat keputusannya dari Menteri Dalam Negeri Mohammad Ma`ruf.

Benih pertikaian pemilihan bupati di Banyuwangi sebenarnya sudah tumbuh lama. Tinggal tunggu waktu meledak. Awalnya, Ratna mencoba mencalonkan diri melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun, perempuan kelahiran Banten, 6 Desember 1965, itu gagal dalam konvensi. Kemudian, istri Bupati Jembrana, Bali, I Gde Winasa ini maju dengan Yusuf lewat gabungan partai kecil nonparlemen.

Tak hanya itu, guna memuluskan ambisinya, Ratna pun mengganti kartu tanda penduduk dari sebelumnya berdomisili di Jembrana menjadi Banyuwangi. Dia pun pindah agama dari Hindu ke Islam. Tapi, tetap saja, calon bupati lainnya menolak pencalonannya.

Apalagi, calon bupati lainnya tahu: Yusuf juga melakukan pelanggaran dengan memalsukan umur. Saat Ratna-Yusuf berkampanye pun, banyak ulama setempat yang protes. Sebab, cetakan surat Yasin yang mereka bagikan kepada warga ternyata banyak kesalahan, satu di antaranya adalah hilangnya ayat ke 24. Itu dianggap menyesatkan.

Meski banyak ganjalan, pasangan Ratna-Yusuf ternyata tetap unggul dalam pemilihan. Itu yang menyebabkan gelombang protes makin deras, terutama dari pasangan kandidat bupati yang kalah dan sejumlah ulama. Bahkan, DPRD Banyuwangi terang-terangan menolak surat pelantikan dari Mendagri yang turun beberapa pekan silam [baca: Sepuluh Kabupaten di Sulsel Menggelar Kampanye Pilkada].(DNP/Agus Ainul Yaqin)