Sukses

Pelaku Bom Bali Belum Teridentifikasi

Polisi sampai saat ini belum bisa mengidentifikasi tiga pelaku peledakan bom bunuh diri di Jimbaran dan Kuta, Bali. Di beberapa daerah polisi juga masih memburu kemungkinan adanya anggota jaringan bom Bali.

Liputan6.com, Denpasar: Markas Besar Polri hingga kini belum berhasil mengidentifikasi tiga pelaku peledakan bom bunuh diri di Jimbaran dan Kuta, Bali. Padahal, polisi sudah menyebar foto ketiga tersangka yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut. "Terkait dengan pengungkapan identitas mereka. Hingga sore ini polisi belum bisa menetapkan siapa tersangkanya," kata Wakil Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Soenarko di Denpasar, Bali, Jumat (7/10).

Polisi hinga kini memang masih memburu pelaku bom Bali kedua. Di Banten, polisi terus merazia wilayah jalur utama masuk Kota Cilegon. Dalam operasi ini, polisi memeriksa seluruh kendaraan yang melintas. Selain barang bawaan, surat-surat identitas pengendara juga turut diperiksa. Ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan pelaku lolos dari kejaran polisi. Sementara barang bawaan yang diperiksa untuk mencari tahu kemungkinan adanya bahan peledak yang hendak dibawa keluar wilayah Banten. Operasi ini dilakukan menyusul pernyataan Kapolda Banten Komisaris Besar Polisi Badrodin Haiti [baca: Lima Warga Banten Diburu].

Razia serupa juga dilakukan jajaran Kepolisian di Jawa Tengah. Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Polisi Chaerul Rasjid mengatakan pihaknya juga tengah mencari pelaku pengeboman di Bali dengan merazia wilayah Surakarta. Daerah ini disinyalir menjadi salah satu jalan keluar pelarian para anggota jaringan bom Bali kedua. Chaerul mengungkapkan, pihaknya juga memiliki dua nama yang dicurigai terlibat dalam peledakan bom di Kuta dan Jimbaran. Belasan nama lain yang kemungkinan terkait dengan peristiwa itu juga masih dicari.

Pencarian identitas dan jaringan pengebom Bali kedua memang masih ditelusuri, termasuk penyebutan sejumlah orang yang dicurigai. Rosikin, misalnya. Warga Losari, Brebes, Jawa Tengah, Jumat siang, mendatangi Markas Kepolisian Resor Brebes. Kedatangan Rosikin adalah mengklarifikasi pemberitaan salah satu stasiun televisi swasta yang menyebut dirinya sebagai pelaku bom bunuh diri di Bali [baca: Disangka Teroris, Rosikin Gelisah].

Rosikin yang datang didampingi pengacaranya mengatakan akibat pemberitaan tersebut nama baiknya kini menjadi tercemar. Bahkan, gara-gara berita itu Mirah ibunya jatuh sakit. Dia juga terpaksa menunda rencana keberangkatannya ke Timur Tengah menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Karena itu, ia bersama pengacara lainnya di Indramayu, Jawa Barat, berencana menggugat stasiun televisi tersebut karena mencemarkan nama baiknya.

Menanggapi kasus ini, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Brebes Ajun Komisaris Polisi Migus Sekarjaya mengatakan Rosikin sudah menjalani pemeriksaan seperti biasa. Dari hasil pemeriksaan ternyata pemberitaan itu tidak benar. Rosikin tak terbukti sebagai pelaku bom Bali.

Teka-teki pelaku maupun jaringan pengebom Bali kedua memang belum terkuak. Dalam hal ini, pengamat dari International Crisis Group (ICG) Sydney Jones mensinyalir adanya kelompok baru yang terlibat dalam peristiwa pengeboman di Bali. Kelompok ini terdiri dari orang-orang muda yang diduga dibentuk Jamaah Islamiyah (JI). Berdasarkan pola jaringan terorisme di Indonesia, Kelompok ini tetap terkait dengan kelompok profesional seperti, pelaku bom Bali kesatu Imam Samudera, yang masih di bawah pimpinan Dr. Azahari.

Sydney menilai wajar jika nama Dr. Azahari dan Noordin Muhamad Top disebut-sebut dalam peristiwa itu. Kedua orang tersebut, kata Sydney, adalah pihak yang bertanggung jawab dalam dua peristiwa peledakan bom sebelumnya, yakni pada 12 Oktober 2002 dan bom Kuningan pada 9 September 2004 [baca: Indonesia Kembali Menangis].

Menyoal permintaan pelarangan kelompok Jamaah Islamiyah di Indonesia, Sydney menilai hanya sebagai peringatan kecil dari pemerintah Australia. Dia juga menganggap wajar jika kelompok JI perlu dilarang untuk menegaskan bahwa jaringan ini terpisah dari Islam yang menolak kekerasan [baca: Jero Wacik: Pengaruh Bom Tak Lama].

Di sisi lain, korban meninggal akibat ledakan bom pada 1 Oktober silam bertambah lagi. Endrika Kartika karyawati R.AJa`s Bar and Restaurant, Kuta Square, akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, Bali, Jumat malam. Rencananya jenazah Endrika akan dibawa ke kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur.

Sebelumnya, wanita berusia 20 tahun ini sempat dirawat selama tujuh hari di ruang perawatan luka bakar RS Sanglah. Menurut penuturan ayah korban Samiran kepada SCTV anaknya menderita luka bakar yang cukup parah di bagian wajahnya. Saat kejadian, Endrika baru setahun bekerja sebagai kasir di restoran itu.(IAN/Tim Liputan 6 SCTV)