Biasanya, pasokan elpiji dari Pertamina ke sejumlah agen tiga kali dalam seminggu. Dalam satu kali pengiriman, sedikitnya ada 2.250 tabung. Sekarang, pengiriman hanya dilakukan satu kali dan hanya 750 tabung yang dikirim. Untuk mendapatkannya, para pengecer harus rela mengantre seharian. "Biasanya dalam satu hari bisa mengeluarkan 70 tabung lebih. Tapi sekarang hanya 30-an tabung," tutur Sarjito salah satu agen elpiji.
Kelangkaan ini juga mengakibatkan harga elpiji naik dari Rp 54 ribu menjadi Rp 55 ribu per tabung. Menurut sejumlah agen, harga elpiji bisa merambat naik jika pasokannya terus tersendat. Lantaran sulit mendapatkan elpiji, para pengecer terpaksa pulang dengan tangan hampa. Karena, agen lebih mengutamakan konsumen rumah tangga. Tak pelak, mereka harus gigit jari karena tidak mendapatkan keuntungan selama hampir dua pekan ini.
Sementara itu, akibat sulitnya mendapatkan elpiji di pasaran. Beberapa warung dan rumah makan di Kota Bandar Lampung, Lampung, menggunakan arang kayu sebagai bahan bakar untuk mengolah makanan. Ini terjadi sejak sepekan silam. Kelangkaan ini mengakibatkan harga elpiji melonjak naik dari Rp 54 ribu menjadi Rp 70 ribu untuk tabung ukuran 12 kilogram. Kenaikan harga semakin menambah beban warga.
Advertisement
Kelangkaan elpiji di Bandar Lampung sudah terjadi sejak tiga pekan silam. Menurut para agen, kelangkaan terjadi akibat tidak lancarnya pasokan Pertamina sejak beberapa hari terakhir Warga berharap Pertamina dapat segera mengatasi kelangkaan gas di daerah ini [baca: Solar Mahal, Nelayan Beralih ke Minyak Tanah].(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)