Sukses

Menjelang Peringatan Tiga Tahun Bom Bali I

Monumen Bom Bali di Legian, Bali, atau dikenal dengan Ground Zero dikunjungi para turis asing dan domestik sejak pagi hingga petang. Lokasi ini akan ditutup untuk kendaraan mulai pukul 23.00 WITA.

Liputan6.com: Denpasar: Ground Zero tempat monumen peringatan Tragedi Bom Bali, 12 Oktober 2002, ramai dikunjungi sejak Selasa (11/10), pagi hingga petang. Turis asing maupun lokal datang dan pergi di kawasan Jalan Legian, Kuta, Bali. Banyak di antara mereka yang berfoto dan meletakkan karangan bunga. Menurut rencana, lokasi ini akan ditutup pukul 23.00 WITA. Kendaraan dilarang lewat di lokasi ini untuk persiapan peringatan tiga tahun Bom Bali, besok.

Rangkaian acara besok akan dimulai sejak pukul 07.00 WITA hingga tengah malam. Tokoh-tokoh yang akan hadir adalah Perdana Menteri Australia John Howard serta Presiden Timor Leste Xanana Gusmao. Sedangkan wakil dari pemerintah Indonesia belum diketahui pasti, kecuali Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Polisi I Made Mangku Pastika.

Meski sudah tiga tahun lewat, kenangan buruk bom dahsyat yang merenggut ratusan nyawa itu masih menyisakan kepedihan di hati dan benak keluarga para korban. Bagi para istri, kehilangan suami menjadi awal perjuangan menjalani kehidupan yang berat.

Wayan Rasni yang tinggal di Jalan Tukad Yeh Aya, Renon, Denpasar, misalnya harus membanting tulang untuk menghidupi keluarga. Hingga kini, perempuan ini tidak pernah melihat jenazah suaminya, Made Sujana, yang tewas saat bertugas sebagai satuan pengamanan di Sari Club. Sejak menjanda, Rasnilah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Untuk menghidupi ketiga anaknya, dia berjualan kebaya secara kredit. Dia harus berkeliling hingga ke luar Kota Denpasar. Dia juga menyewakan beberapa kamar di rumahnya kepada karyawan atau mahasiswa. Dari kedua usaha ini Rasni memperoleh Rp 600 ribu setiap bulan.

Kondisi yang sama juga dialami Nyoman Renciani. Suaminya, Ketut Sumerawat, ikut menjadi korban ketika sedang mengantar wisatawan asing ke Sari Club. Kini, dia harus membesarkan ketiga putrinya di rumah kontrakan di Jalan Batur Sari, Sanur.

Di rumah yang disewa Rp 400 ribu per tahun inilah, dia bekerja serabutan. Dia sudah melakoni beberapa pekerjaan mulai dari membuka jasa mencuci pakaian sampai penjaga kios telepon. Renciani punya kisah yang berbeda dengan Rasni. Sebelum Bom Bali, suaminya sudah tujuh bulan tidak pernah pulang. "Begitu kembali dia udah meninggal," kata Renciani, datar.

Baik Rasni maupun Renciani meminta agar para pelaku Bom Bali I segera dieksekusi mati. Keluarga para korban juga berharap agar aparat berwenang segera bisa menangkap pelaku teror bom lain yang meledakkan restoran R.AJa`s dan sejumlah kafe di Jimbaran, 1 Oktober silam.(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)