Sukses

Sutanto: Tak Perlu Tes DNA Azahari

Kapolri Sutanto mengatakan tak perlu mengadakan tes DNA untuk membuktikan salah satu jasad itu adalah Azahari. Contoh sidik jari Azahari yang dimiliki imigrasi sangat mirip dengan sidik jari salah satu mayat.

Liputan6.com, Batu: Kepala Polri Jenderal Polisi Sutanto merasa tak perlu lagi mengadakan tes deoksiribonukleat untuk memastikan bahwa salah satu mayat dalam vila di Jalan Flamboyan adalah Dr. Azahari. Sidik jari satu di antara dua jenazah yang tewas dalam penyergapan polisi di tempat persembunyian tersangka teroris itu sangat cocok dengan sidik jari Azahari yang dimiliki petugas imigrasi Indonesia dan Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia. Demikian laporan reporter SCTV Bayu Sutiyono di Kota Batu, Jatim, Kamis (10/11).

Sutanto juga menegaskan, di dalam tempat persembunyian komplotan Azahari hanya ada dua jenazah. Pernyataan ini sekaligus meralat keterangan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Aryanto Budiarjo bahwa ada tiga jasad di vila di kota berhawa sejuk itu [baca: Azahari Dipastikan Tewas].

Pernyataan Sutanto diperkuat hasil rekaman SCTV di lokasi kejadian. Satu kepala dan kaki kiri yang terlihat gosong diduga milik Azahari. Secara fisik, wajah gosong ini memang mirip dengan foto Azahari yang disebarkan Polri. Sedangkan satu kepala lain diyakini Sutanto milik Arman. Potongan tubuh ini sudah tiba di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur, untuk diidentifikasi lebih lanjut. Selanjutnya, potongan tubuh Azahari dan Arman akan dibawa ke Jakarta [baca: Jenazah Azahari Hari Ini Dibawa ke Jakarta].

Ketika berita ini disusun, tim Forensik Polri bersama kepolisian Australia sedang beristirahat. Sejak pagi tadi mereka meneliti barang bukti berupa rompi yang masih tersambung dengan sejumlah kabel, bahan kimia, dan sisa bahan peledak. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengungkap lebih jauh jaringan Azahari, termasuk Noordin M. Top yang masih buron.

Polisi sebenarnya telah sebulan lebih berada di sekitar vila yang disewa Azahari. Mereka menggunakan rumah penduduk untuk mengintai kegiatan Azahari dan kawan-kawannya di Jalan Flamboyan. Salah satu rumah yang dijadikan markas sementara polisi adalah rumah milik Tarno. Bahkan di rumah yang kini dijaga sejumlah polisi wanita ini petinggi Polri sempat membahas strategi penyerangan. Di rumah Tarno juga masih tergeletak peta perumahan.

Sejumlah media lokal di Batu memperkirakan komplotan Azahari bukan tanpa sebab menyewa vila di sekitar Jalan Flamboyan. Bisa jadi, mereka berencana menyebar teror bom di Kota Batu. Sebab, kota yang memiliki 24 obyek wisata resmi ini sering dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Bahkan berdasarkan data pemerintah setempat, puluhan ribu wisatawan lokal dan turis mancanegara setiap bulan berkunjung ke Batu.

Alasan lain yang disinyalir menjadi alasan Azahari menyewa vila di Batu adalah sistem keamanan yang longgar. Pemilik vila atau tempat kontrakan lain biasanya hanya meminta kartu pengenal dari perwakilan calon penyewa. Mereka seakan tak peduli rumah kontrakan ini dihuni oleh berapa orang. Karena itulah warga hanya mengenal nama Yahya Antoni dan Arman yang menghuni vila itu. Sedangkan belasan orang lain tak diketahui identitasnya [baca: Tersangka Teroris Dikenal Warga Sangat Ramah].(YAN/Bayu Sutiyono dan John Lempo)

    Video Terkini