Sukses

Perang Melawan Flu Burung Dicanangkan

SBY mencanangkan Gerakan Nasional Pemberantasan Flu Burung berselang empat bulan setelah avian influenza merenggut nyawa keluarga Iwan Siswara. SBY mengklaim pencanangan gerakan ini tak terlambat.

Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Pemberantasan Flu Burung. Hal itu diputuskan dalam sidang kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin (14/11). Meski pencanangan baru diikrarkan empat bulan setelah flu burung menewaskan Iwan Siswara dan dua putrinya. Namun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengklaim rencana ini tidak terlambat [baca: Iwan Siswara Positif Terkena Flu Burung].

"Itu bukan masalah kelambatan karena yang namanya lambat, ada kejadian dibiarkan, setelah sekian minggu baru ada respons," kata Presiden Yudhoyono. Menurut SBY, masalah pemusnahan unggas yang terindikasi flu burung tidak mudah karena salah satu kendalanya adalah biaya. "Untuk memusnahkan suatu tempat, perlu ratusan miliar," dalih SBY.

Pemusnahan ternak babi baru dilakukan di Tangerang, Banten, setelah keluarga Iwan Siswara dinyatakan positif meninggal karena flu burung. Setelah itu, tak ada lagi pemusnahan yang dilakukan pemerintah [baca: Babi Tertular Flu Burung Dimusnahkan]. Padahal, sejumlah orang dinyatakan meninggal akibat positif avian influenza.

Sementara Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sri Mulyani menyatakan dana yang akan diberikan kepada Indonesia buat mengatasi flu burung masih kurang dari anggaran yang dibutuhkan. "Kita membutuhkan sekitar US$ 139 ribu yang berasal dari Ibu Menteri Kesehatan [Siti Fadilah Supari], itu hanya untuk bidang kesehatan manusia, berhubungan dengan perawatan dan lain-lain," ucap Sri Mulyani. Meski begitu, dana itu masih perkiraan awal yang akan dipergunakan untuk vaksinasi, monitoring kasus, dan peningkatan kemampuan laboratorium.

Kini di seluruh dunia dana yang tersedia untuk penyakit yang mematikan ini mencapai US$ 250 juta. Kendati Indonesia masuk dalam daftar negara yang mendapat prioritas, akan tetapi jumlahnya dianggap masih sangat kecil.

Hari ini Pemerintah Jepang menyerahkan bantuan medis berupa peralatan laboratorium dan rumah sakit sekaligus enam tenaga ahli flu burung. Bantuan diserahkan langsung kepada Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta Utara, tempat rujukan flu burung. Ini adalah tahap awal bantuan Jepang untuk penanganan virus maut ini di Tanah Air.

Sementara itu, Dian Rahmaningrum, pasien RSPI Sulianti Saroso yang meninggal Sabtu malam, dipastikan positif flu burung. Hal ini diketahui berdasarkan hasil tes contoh darah dan cairan tubuh korban di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan serta Laboratorium Namru, Jakarta [baca: Lagi, Flu Burung Memakan Korban].

Untuk mengetahui sumber penularan, Depkes telah mengambil sampel darah dan cairan tubuh keluarga Dian. Diduga perempuan 20 tahun ini tertular di kampung halamannya di Dusun Dampit, Desa Dukuh Waluh, Banyumas, Purwokerto, Jawa Tengah. "Nah, ayam-ayam itu yang mati di Purwokerto. Mudah-mudahan Dinas Peternakan Purwokerto sigap melakukan survaillence di dekat [rumah] Mbak Dian," kata Siti Fadilah Supari.

Namun, Riris, tetangga Dian di Dusun Dampit mengaku tak khawatir tertular virus H5N1 meskipun korban positif terjangkit. Perempuan ini mengutarakan penyakit Dian dibawa dari Jakarta.

Kini sejumlah kandang ayam di tempat tinggal Dian telah kosong. Kandang-kandang milik warga tersebut dibiarkan tak terpakai. Soalnya, warga masih trauma dengan penyakit yang menyerang ayam mereka, enam bulan silam.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)

    EnamPlus