Bagi penyandang cacat yang beragama Katolik dilibatkan untuk membawakan prosesi misa (doa). Sedangkan bagi yang beragama lain mengikuti bazar dengan menggelar hasil karya mereka di empat delapan anjungan yang telah disediakan. Salah satu peserta adalah Ndaru, yakni penyandang cacat tunarungu dan grahita. Meski memiliki kekurangan, ia mampu membuat tas, alas telepon, dan tempat pensil.
Sementara bagi para penyandang cacat yang berusia di bawah lima tahun dikumpulkan dan berbaur dengan anak-anak normal lainnya untuk mengikuti lomba mewarnai gambar. Meski hadiah yang diperebutkan hanya cendera mata berupa alat sekolah, para peserta terlihat sangat antusias.(BOG/Vivi Waluyo dan Muhammad Guntur)