Liputan6.com, Purbalingga: Jumlah penderita demam berdarah dengue di berbagai daerah terus meningkat hingga Selasa (27/12). Ini dapat dilihat dari penuhnya bangsal-bangsal di berbagai rumah sakit. Peningkatan jumlah penderita demam berdarah dirasakan warga di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Demam berdarah mulai menyerang kawasan ini sejak dua pekan silam.
Di Puskesmas Karangmoncol misalnya, dalam dua pekan terakhir terdapat delapan penderita DBD. Mereka harus menjalani perawatan intensif. Delapan pasien tersebut semuanya berasal dari Desa Rajawana, Karangmoncol yang dikenal sebagai desa endemis DBD. Dari delapan penderita, dua di antaranya harus dirawat inap.
Di Semarang, Jawa Tengah, Purwanto, bocah penderita DBD terpaksa bertahan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah karena orang tuanya belum mampu melunasi utang biaya perawatan lebih dari Rp 6 juta. Pihak rumah sakit hingga kini belum menemukan solusi untuk mengatasi pembiayaan pasien yang tidak mampu.
Lantaran kondisinya yang sangat kritis, Purwanto sempat dirawat di ruang perawatan intensif selama enama hari. Selanjutnya Purwanto menjalani perawatan di bangsal anak selama empat hari.
Namun, bocah ini sepertinya masih harus bertahan lebih lama di rumah sakit karena kendala biaya. Sang ibu, Rumini yang hanya tukang cuci dan sang ayah, Suranto yang buruh serabutan, belum dapat melunasi biaya perawatan. Padahal, dalam dua atau tiga hari ke depan kondisi Purwanto dipastikan pulih.
Di Denpasar, Bali, dalam kurun tiga hari terakhir ini, korban demam berdarah juga terus bertambah. Setiap hari rata-rata 20 pasien dewasa dan anak-anak harus dirawat sehingga jumlah total korban demam berdarah selama Desember sudah mencapai 116 orang. Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya sampai kewalahan melayani pasien baru. Beberapa pasien terpaksa harus dirawat di ruang transit atau lorong rumah sakit.
Pencegahan demam berdarah dengue dengan gerakan 3 M (menguras bak mandi, menutup tempat air, dan mengubur barang bekas) sudah lama disosialisasikan. Sayang, masyarakat masih enggan melaksanakan di lingkungan masing-masing. Mereka hanya mengandalkan penyemprotan massal yang dilakukan petugas kelurahan setempat. Padahal cara ini tidak efektif membunuh jentik [baca: Gerakan 3 M Belum Maksimal].(YYT/Tim Koresponden SCTV)
Di Puskesmas Karangmoncol misalnya, dalam dua pekan terakhir terdapat delapan penderita DBD. Mereka harus menjalani perawatan intensif. Delapan pasien tersebut semuanya berasal dari Desa Rajawana, Karangmoncol yang dikenal sebagai desa endemis DBD. Dari delapan penderita, dua di antaranya harus dirawat inap.
Di Semarang, Jawa Tengah, Purwanto, bocah penderita DBD terpaksa bertahan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah karena orang tuanya belum mampu melunasi utang biaya perawatan lebih dari Rp 6 juta. Pihak rumah sakit hingga kini belum menemukan solusi untuk mengatasi pembiayaan pasien yang tidak mampu.
Lantaran kondisinya yang sangat kritis, Purwanto sempat dirawat di ruang perawatan intensif selama enama hari. Selanjutnya Purwanto menjalani perawatan di bangsal anak selama empat hari.
Namun, bocah ini sepertinya masih harus bertahan lebih lama di rumah sakit karena kendala biaya. Sang ibu, Rumini yang hanya tukang cuci dan sang ayah, Suranto yang buruh serabutan, belum dapat melunasi biaya perawatan. Padahal, dalam dua atau tiga hari ke depan kondisi Purwanto dipastikan pulih.
Di Denpasar, Bali, dalam kurun tiga hari terakhir ini, korban demam berdarah juga terus bertambah. Setiap hari rata-rata 20 pasien dewasa dan anak-anak harus dirawat sehingga jumlah total korban demam berdarah selama Desember sudah mencapai 116 orang. Pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya sampai kewalahan melayani pasien baru. Beberapa pasien terpaksa harus dirawat di ruang transit atau lorong rumah sakit.
Pencegahan demam berdarah dengue dengan gerakan 3 M (menguras bak mandi, menutup tempat air, dan mengubur barang bekas) sudah lama disosialisasikan. Sayang, masyarakat masih enggan melaksanakan di lingkungan masing-masing. Mereka hanya mengandalkan penyemprotan massal yang dilakukan petugas kelurahan setempat. Padahal cara ini tidak efektif membunuh jentik [baca: Gerakan 3 M Belum Maksimal].(YYT/Tim Koresponden SCTV)