Kedatangan jenazah Yopi dan Memeso disambut haru sanak keluarganya. Rencananya, jenazah suami istri yang sudah lebih dari 12 tahun berjualan daging babi di Pasar Maesa itu dikebumikan di pemakaman keluarga di Palolo, sekitar 50 kilometer arah selatan Kota Palu.
Menurut penuturan seorang keluarga, Yopi yang sehari-hari berternak babi sebenarnya jarang menemani istrinya berjualan. Namun, menjelang tahun baru biasanya toko istrinya ramai pembeli. Lantaran itulah, bapak empat anak dan seorang cucu tersebut membantu Memeso berjualan sampai akhirnya ledakan bom merenggut nyawanya.
Suasana haru juga begitu terasa di rumah duka keluarga Sersan Kepala NI Tasman Lahansang-Poste Dina Masnis. Bahkan, dua anak mereka--Jerry Wiranto Lahansang dan Dedy Rifaldi Lahansang--tak henti-hentinya menangis begitu jenazah ayah ibu mereka akan dikubur di tanah kelahirannya di Sangir Talaud, Sulawesi Utara.
Advertisement
Pada waktu hampir bersamaan, seorang di antara 50 korban luka akibat ledakan di Pasar Maesa terpaksa diterbangkan ke Makassar, Sulawesi Selatan karena kondisinya makin kritis. Ricky Saputra dirujuk ke Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar karena kedua kakinya nyaris putus terkena serpihan bom.
Sebelum dikirim ke Makassar, pelajar kelas tiga sekolah menengah pertama yang tinggal di daerah Tanjung Manimbaya, Kompleks Pasar Masomba, itu dirawat di RSUD Undata bersama ibunya yang juga menjadi korban. Sedangkan paman dan tantenya yang juga menjadi korban, tewas di tempat kejadian [baca: Sudah Delapan Tewas Korban Peledakan di Palu].
Sementara 20 korban luka yang sempat dirawat di empat rumah sakit di Kota Palu, siang tadi, sudah diperbolehkan pulang. Sebagian besar dari mereka hanya mengalami luka ringan. Sementara sisanya masih harus menjalani perawatan intensif.
Kepala Polri Jenderal Polisi Sutanto yang siang tadi datang ke Palu tak mau berkomentar banyak seputar penyelidikan kasus di Pasar Maesa. "Saya tidak akan memberikan penjelasan saat ini. Kasus ini masih diselidiki. Setelah penyelidikan selesai baru akan saya umumkan," kata Sutanto kepada sejumlah wartawan yang mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar yang ikut mendampingi Sutanto pun lebih banyak diam. Dia hanya mengatakan, BIN sudah memberi peringatan sejak sebulan lalu tentang kemungkinan adanya peledakan bom di Sulteng menjelang tahun baru.
Selama di Palu, selain meninjau lokasi ledakan, Sutanto dan Syamsir juga menjenguk para korban luka yang dirawat di RS Bala Keselamatan dan RS Budi Agung. Dua rumah sakit itu memang paling banyak merawat korban luka akibat ledakan bom di Pasar Maesa.
Hingga petang ini, polisi belum bisa memastikan pelaku peledakan, serta jenis bom yang meledak di Pasar Maesa, kemarin pagi. Hanya, hasil pemeriksaan terhadap 20 saksi mata, penyidik memeriksa secara intensif seorang saksi berinisial M yang merupakan orang luar daerah [baca: Tiga Orang Diperiksa Intensif].
Sementara sejumlah kalangan meyakini kejadian di Pasar Maesa lebih banyak muatan politisnya ketimbang kriminal murni. Dengan kata lain, sudah jelas ada kelompok yang menginginkan kekacauan di Palu. "Cerdik betul mereka [pelaku] mencari sasaran. Ketika gereja dan tempat ibadah lainnya dijaga ketat, mereka mengalihkan sasaran ke tempat lain," kata anggota DPRD Sulteng Ichsan Leulembah. Dia berharap, aparat cepat meringkus pelaku maupun dalang di balik peristiwa berdarah itu.
Jamil M. Syah berpendapat senada dengan Ichsan. Mahasiswa asal Palu yang tinggal di Jakarta itu mengatakan, ada kelompok yang tidak menghendaki Palu aman. Sementara Halil Baso, lelaki asal Palu yang juga tinggal di Ibu Kota, berharap masyarakat Palu tenang. Tidak mudah terpancing untuk bertindak anarkis.(ICH/Tim Liputan 6 SCTV)