Warga setempat yang menampung para korban banjir mengeluhkan kurangnya persediaan makanan dan obat-obatan. Walau demikian, mereka tidak tega untuk menolak pengungsi. Salah satu korban banjir yang masih trauma adalah Amak Rusdi. Pria ini telah kehilangan putri satu-satunya ketika air bah itu menerjang.
Kendatii masih trauma dan luka-luka, Rusdi dan keluarganya dirawat seadanya oleh warga setempat. Dia enggan berobat ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) mengingat jaraknya jauh dan tak punya biaya untuk ongkos perjalanan.
Sementara di Kabupaten Belu, Nusatenggara Timur, sekitar 300 anak korban banjir kini terkena berbagai penyakit. Mereka menderita infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA), penyakit kulit, dan malaria. "Diare 17 [orang], demam berdarah dua, malaria, 23, ISPA 219, kulit 42, mata 18," kata Yosefina, seorang petugas Puskesmas Besikama.
Advertisement
Walau demikian, tak ada korban yang dirawat di puskesmas. Ini karena mereka khawatir terkena banjir susulan jika menginap di tempat itu. Korban lebih memilih menumpang di rumah warga meski kondisinya memprihatinkan.(BOG/Didimus Payong Dore dan Aries Wicaksono)