Sukses

Kasus Flu Burung Ditemukan di Surabaya

Kasus flu burung pertama di Surabaya, Jatim, ditemukan setelah lima ekor ayam dilaporkan mati mendadak. Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan ayam-ayam itu diserang virus H5N1 yang ganas.

Liputan6.com, Surabaya: Kasus berjangkitnya flu burung di Surabaya, Jawa Timur, untuk pertama kali ditemukan, setelah lima ekor ayam milik warga Kedurus, Surabaya Selatan, dilaporkan mati mendadak tanpa sebab yang jelas. Langkah antisipasi dengan menyemprotkan disinfektan dan insektisida pun langsung dilakukan petugas dari Dinas Peternakan Kota Surabaya.

Dari pemeriksaan terhadap unggas yang mati di laboratorium Yogyakarta, penyebab kematian dipastikan oleh virus avian influenza yang masuk kategori high pathogenic atau ganas. Untuk menghindari penularan, penyemprotan dilakukan pada radius satu kilometer dari lokasi ditemukannya ayam-ayam yang mati mendadak itu.

Sementara dari Bantul, Yogyakarta, dilaporkan sekitar 150 ekor ayam di Dusun Ngepreh Ngestiharjo mati mendadak dalam sepekan terakhir. Khawatir kejadian tersebut berhubungan dengan berjangkitnya wabah flu burung, para peternak segera melaporkan kepada dinas peternakan setempat. Sejauh ini dinas peternakan telah melakukan penyemprotan disinfektan dan vaksinasi. Namun, upaya itu belum tuntas dilakukan karena sebagian peternak memelihara ayam mereka dengan cara dilepas.

Berbeda dengan di Bantul, isu maraknya wabah flu burung ternyata tidak menyurutkan semangat penggemar burung di Jakarta. Lihat saja lomba kicau burung yang dilangsungkan baru-baru ini di sebuah kawasan di Jakarta Timur, dimana sekitar seribu orang penggemar burung ikut serta dalam ajang ini. Tidak terlihat adanya kekhawatiran di wajah mereka, sebaliknya siulan bersahut-sahutan diperdengarkan untuk memberi semangat pada burung milik mereka.

Beberapa orang pemilik burung menyampaikan keyakinannya bahwa hewan peliharaan yang pintar berkicau itu terbebas dari virus H5N1. Alasannya, burung-burung itu dirawat dengan sangat telaten, bahkan melebihi perawatan terhadap diri mereka sendiri.

Agung Pitoyo misalnya, mengaku memandikan 10 ekor burung miliknya dua kali sehari. Tidak hanya itu, untuk urusan makanan pun disediakan secara khusus serta ditambah buah-buahan maupun  vitamin. Karena itu, dia berharap agar burung-burung miliknya tidak dianggap sebagai penyebar virus flu burung. "Mestinya pemerintah jangan menakut-nakuti, lebih baik mereka memberikan penyuluhan pada kami bagaimana cara mencegah flu burung," harap Agung.

Kegusaran Agung bisa dimaklumi, karena perawatan burung milik mereka membutuhkan biaya ekstra serta nilai jual yang tinggi. Apalagi yang namanya hobi tak bisa dinilai dengan uang. Kendati demikian, jika hobi itu akhirnya berdampak pada keselamatan jiwa manusia, masalahnya tentu tidak lagi sesederhana itu. Karena itu, Pemerintah DKI Jakarta tetap pada keputusannya untuk memusnahkan unggas secara massal mulai Jumat mendatang [baca: Pemusnahan Unggas di Jakarta Mulai Jumat]. (ADO/Tim Liputan 6 SCTV) 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.