Sukses

Pameran Kerajinan Perak Koleksi Museum Belanda

Pusat Kebudayaan Belanda memamerkan kerajinan perak khas Kota Gede, Yogyakarta, koleksi Museum Tropikal Belanda dan milik pribadi sejumlah warga kincir angin. Motif corak Eropa masuk di era 30-an.

Liputan6.com, Jakarta: Karya kerajinan perak Yogyakarta tak cuma diminati masyarakat lokal. Warga Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa penjajahan juga menaruh perhatian besar pada produksi perak asal Kota Gede ini. Bahkan budaya Belanda juga ikut mempengaruhi perkembangan kerajinan perak. Ini bisa dilihat dalam pameran bertajuk Yoyya Silver: Renewal of a Javanese Handicraft di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis di Kuningan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Kerajinan perak yang ditampilkan adalah koleksi Tropenmuseum di Belanda dan milik pribadi sejumlah warga negeri kincir angin yang berusia lebih dari 70 tahun. Salah seorang kolektor perak asal Belanda yang cukup dikenal adalah A.M. van Gesseler Verschuir, istri salah seorang gubernur Hindia Belanda. Dia dan sejumlah warga Belanda pada masa itu mendorong para perajin lokal untuk mengembangkan kreasi kerajinan perak yang laku di Belanda. "Pada tahun 30-an, para penggemar seni kerajinan perak mulai mendorong para perajin mengaplikasikan motif bercorak Eropa," kata Maarten C.D. Mulder, Direktur Budaya dan Pendidikan Erasmus Huis.

Hasil kerajinan yang dipamerkan bervariasi mulai dari peralatan makan hingga aksesori seperti tas dan kotak perhiasan yang dipadukan dengan kulit penyu. Harga barang yang dipamerkan beragam. Mulai dari Rp 2 juta untuk sebuah kotak perak hingga Rp 200-an juta untuk satu set perangkat minum teh.(TNA/Asti Megasari dan Bachruddin)

    Video Terkini