Sukses

Endang Witarsa, Pelatih Sepak Bola Tertua Dunia

Meski Endang Witarsa telah berusia 90 tahun, namun masih memegang jabatan sebagai koordinator pelatih di Lapangan Sepak Bola UMS, Glodok, Jakpus. Legenda hidup sepak bola Indonesia adalah pelatih tertua di dunia.

Liputan6.com, Jakarta: Endang Witarsa merupakan nama besar di balik kesuksesan tim sepak bola nasional era 1970-an. Meski usianya sudah berumur 90 tahun, pelatih yang mempunyai titel dokter gigi ini masih aktif melatih klub sepak bola di Lapangan Union Makes Strength (UMS), kawasan Glodok, Jakarta Pusat.

Di usia senja, sorot tajam mata Coach Witarsa--begitu dia disapa--masih dapat diandalkan. Di balik kacamatanya, dua mata Endang gesit mengikuti arah lari bola, gerakan hingga pelanggaran-pelanggaran para pemain yang dilatihnya.

Endang Witarsa memang tak hanya menonton sepak bola di Lapangan UMS. Kakek delapan cicit ini masih memegang jabatan penting sebagai seorang koordinator pelatih. Ketegasan dan kedisiplinan dalam melatih tetap dimiliki dan tak luntur ditelan usia. Jangan berharap dapat bermain-main atau bercanda jika sedang berlatih sepak bola dengannya.

Namun sebagai pelatih, peran Endang hanya sebatas mengevaluasi secara umum tiap-tiap pemain. Meski terkesan galak, anak didiknya senang dengan cara dia melatih. Buat laki-laki bernama asli Liem Soen Yu, sepak bola memang sudah mendarah daging. Dahulu, Endang kecil memang senang bermain bola di kota kelahirannya di Kebumen. "[Usia] enam tahun," jelas dia. Endang Witarsa matang bermain si kulit bundar di lapangan petak Sin Kian. Puncaknya, pria yang rambutnya telah memutih ini dipercaya sebagai pelatih di klub UMS pada 1936.

Tapi hobi sepak bola ini sempat terhenti tatkala dia harus menempuh pendidikan dokter gigi di Amerika Serikat. Tapi kecintaan terhadap si kulit bundar tak pernah lekang. "Saya sekolah dokter gigi. Enggak pernah praktik, cuma praktek bola," kenang dia. 

Keseriusan, ketekunan, dan kesetiaan terhadap cabang olahraga terpopuler di dunia ini membawanya bergabung dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI. Beberapa prestasi tim PSSI Nasional Senior diraih dibawah asuhannya. Sebut saja Kings Cup di Thailand pada 1968 dan Merdeka Games, Malaysia, pada 1970.

Pemain-pemain legendaris Indonesia juga pernah dilatihnya seperti Iswadi Idris, Jakob Sihasale, Waskito, dan Ronny Pattinasarani. Tangan Coach Witarsa juga dikenal dingin melahirkan bintang. Mantan striker tim nasional, Widodo C. Putro, merupakan intan terakhirnya. Kini, Witarsa memang sudah tidak melatih tim PSSI lagi. Tapi pemikirannya masih tertuju ke sana. Dia lantas menyesalkan kebijakan PSSI yang lebih memilih pelatih asing untuk melatih tim Merah Putih. Postur pemain Indonesia, tutur dia, kecil dan cocok untuk menggocek bola. "Bukan untuk lari-lari," dalih dia.

Hingga kini tak ada yang memungkiri nama besarnya. Bahkan nama drg. Endang Witarsa tetap membekas dalam sejarah perjalanan sepak bola nasional. Tidak heran bila berbagai pihak memberi penghargaan atas jasanya itu. Di usia kepala sembilan, Witarsa memang sudah membatasi aktivitasnya. Di samping bersantai di rumah, dia lebih senang menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Acara kegemarannya tentu saja pertandingan sepak bola.

Meski tak lagi muda, semangat Endang tetap menyala dan patut dibanggakan. Semangat, keseriusan, ketekunan, dan kesetiaannya juga patut diteladani. Tidak berlebihan jika Endang dinobatkan menjadi pelatih sepak bola tertua di dunia. Ia dijuluki legenda hidup sepak bola Indonesia.(MAK/Teguh Dwi Hartono)