Penyembuhan kepada umat dengan doa adalah salah satu bentuk pelayanan dari frater dan suster di Lembah Karmel tersebut. Misalnya, penyembuhan dari berbagai penyakit baik itu sakit jasmani maupun rohani.
Tak heran, setiap minggunya Lembah Karmel tersebut selalu dipadati umat Katolik dari berbagai Tanah Air. Selain penyembuhan dengan doa, para umat Katolik juga bisa konseling dengan frater maupun suster mengenai masalah dunia yang sedang dihadapi.
Seperti biara Katolik lainnya, kehidupan sehari-hari di Lembah Karmel selalu dipenuhi nuansa rohani. Didukung kesejukan udara dan keheningan alam Desa Cikanyere, kini Lembah Karmel menjadi sebuah oase untuk meninggalkan sejenak segala rutinitas kehidupan.
Advertisement
Tempat pertapaan dan peribadatan ini didirikan oleh seorang imam Karmel, Romo Yohanes Indrakusuma, pada 1988. Di dalam Lembah Karmel tersebut ada dua serikat yang menjadi wadah pelayanan umat yaitu Putri Karmel dan Carmelitae Sancti Eliae (CSE).
Menurut Romo Yohanes, pelayanan umat oleh para para biarawan dan biarawati di Lembah Karmel bertujuan untuk mengajak siapa saja melakukan pertobatan kepada Tuhan. Selain penyembuhan dengan doa dan konseling, setiap umat juga dapat melakukan retret atau penyegaran rohani.
Yohanes mengatakan teladan cinta kasih Yesus adalah dasar yang harus dipegang setiap kehidupan umatnya. Sementara pola hidup dasar yang harus digunakan adalah kontemplatif terbuka. Yakni kehidupan yang mengutamakan doa dan penyerahan diri kepada Tuhan. Selain itu, tetap memberikan pelayanan kepada umat sesuai kebutuhan gereja.(ZIZ/Tim Liputan SCTV)