Sukses

Pemetik Teh Sulit Meningkatkan Kesejahteraan

Sebagian besar kaum perempuan pemetik teh di kawasan Puncak, Bogor, Jabar mengaku sulit meningkatkan kesejahteraan hidup. Para srikandi ini hanya mendapatkan upah maksimal Rp 5.000 per hari.

Liputan6.com, Bogor: Kejahteraan para pemetik teh di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat tak pernah beranjak naik. Bahkan kendati sudah bekerja selama puluhan tahun sekali pun. Lamanya masa kerja, tak menjamin nasib bisa berubah buat mereka. Namun demi sebuah keluarga, pekerjaan dengan penghasilan terbatas itu tetap saja dilakoni. Seorang pemetik teh, Kokom, bertutur, baru-baru ini.

Menjadi tukang petik daun teh, seperti yang dilakukan para wanita di kawasan Puncak, Bogor, Jabar, adalah sebuah alternatif ketika lapangan pekerjaan semakin terbatas. Maklum, tanpa harus membutuhkan keahlian tertentu, pekerjaan memetik daun teh dapat dilakukan siapa saja. Nah, tak heran bila sebagian besar pemetik teh di lahan milik PT Perkebunan Nusantara VIII ini berasal dari dusun sekitar.

Menurut Kokom, kendati pekerjaan itu tergolong mudah, bukan berarti risiko tak ada. Tak jarang, pemetik teh tergelincir, lantaran lokasi yang amat curam. Bahkan, ibu beranak tiga ini mesti siap bekerja pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 15.00 WIB, setiap hari. Namun, penghasilan yang diterima selama 30 tahun mengabdi, tak pernah beranjak naik. Sampai saat ini saja, upah hanya berkisar Rp 3.500-5.000 per hari. Itu pun masih tergantung jenis daun yang dipetik. Bila kualitas daun rendah, pengelola perkebunan hanya mau membayar seharga Rp 230 per kilo. Sementara bila beruntung, Kokom bisa mengantongi Rp 252 per kilo untuk kualitas daun paling bagus. Para pemetik teh, seperti Kokom tentunya, berharap perusahaan pengelola perkebunan teh milik negara ini mau sedikit menaikkan harga dasar pembelian teh.

Harapan tadi tentu tak berlebihan. Sebab penghasilan sebesar tadi -di saat harga bahan pokok melonjak akhir-akhir ini- sudah pasti tak mencukupi lagi. Padahal, penghasilan Badan Usaha Milik Negara itu terus meningkat. Buktinya, ekspor teh dari negeri ini mencapai 60 ribu ton di tahun silam, berarti naik empat persen dibanding 1999. Jadi, tentu ada sedikit duit yang bisa disisihkan buat para pemetik teh tadi.(ORS/Abbas Yahya dan Agus Kusno)