Selain permukiman, jalan menuju Malili, ibu kota Kabupaten Luwu Timur dan ke Provinsi Sultra terendam air. Begitu pula ratusan hektare tanaman kakao dan jeruk hingga mengakibatkan pohon yang sedang berbuah itu rusak.
Sementara banjir yang terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Malaka Barat, Nusatenggara Timur, Sabtu silam belum surut. Akibatnya, warga kesulitan dalam beraktivitas. Warga yang tinggal di Sungai Benanain mengaku khawatir banjir besar akan datang mengingat hujan tak kunjung reda. Apalagi, luapan Sungai Benanain telah menewaskan 154 orang, enam tahun silam.
Di Desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, sejumlah mobil yang melewati lokasi banjir harus menggunakan perahu tradisional dengan tarif Rp 75.000. Namun, jumlah mobil yang mengantre telah berkurang. Diperkirakan, ketinggian air di ruas jalan ini masih akan terus naik karena curah hujan masih tinggi [baca: Jalan Penghubung Palangkaraya-Banjarmasin Tergenang].
Advertisement
Pascabanjir di Trenggalek, Jawa Timur, anggota Batalyon Zeni Tempur-5 Malang berusaha membuka jalur transportasi Trenggalek-Ponorogo yang tertutup bebatuan besar. Saat batu diledakkan dengan kekuatan besar, tiga orang terkena serpihan bongkahan batu. Padahal, Suji Suprapto (anggota Satuan Politik Pamong Praja Trenggalek), Saidi (warga Purbantoro, Jawa Tengah), dan Heru Prasetyo (warga Karangan Trenggalek) berada 500 meter dari lokasi peledakan. Namun, mereka hanya cedera ringan dan telah dilarikan ke rumah sakit setempat. Sebagian badan jalan Trenggalek-Ponorogo sudah bisa dilewati setelah peledakan itu.
Adapun jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Trenggalek menjadi 14 orang dengan penemuan seorang jenazah. Korban ditemukan di Dusun Dilem, Desa Dompyang. Sementara di antara lima korban yang masih hilang adalah Tumini dan Ita Purnama Sari. Ibu dan anak dari Dusun Bathok, Desa Sumurup [baca: Tim Evakuasi di Desa Bathok Pesimistis].(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)