Selain fisika, matematika sebagai ilmu pendukung dalam mempelajari ilmu fisika juga dikuasai dengan baik. Tak hanya mahir soal hitung-hitungan, Irwan juga pintar bahasa Inggris yang menjadi bahasa pengantar buku-buku yang dia pelajari. Kehebatan Irwan dibuktikan dengan menyabet medali emas pada olimpiade fisika tingkat internasional di Kazakstan.
Irwan adalah bukti kalau prestasi bisa diraih anak dari keluarga miskin. Ayahnya, Tje Leng hanya seorang montir yang penghasilannya pas-pasan. Sementara sang ibu, Le Hua bekerja sebagai tukang jahit. Kehidupan mereka jauh dari mewah. Mereka hanya tinggal di sebuah rumah kontrakan. Tak jarang keluarga ini harus pindah jika harga kontrakan naik.
Kondisi ini membuat Irwan kehilangan teman bermain. Bahkan cenderung tertutup dan pemalu. "Dia [Irawan] jarang main. Di rumah saja, kadang main catur dan baca majalah," kata sang ibu. Namun di balik ketertutupannya, dia justru mampu menorehkan prestasi gemilang. "Itulah hebatnya Irwan. Penampilan luarnya tidak meyakinkan tapi dalamnya meyakinkan," ungkap Yohanes Surya, pembina tim olimpiade fisika.
Advertisement
Kini, Irwan bersiap mengikuti olimpiade fisika dunia di Singapura, Juli mendatang. Irwan tak sendirian ke Negeri Singa. Empat pemenang olimpiade di Kazakstan lainnya juga ikut. Mereka adalah Pangus Ho (Sekolah Menengah Atas Kristen 3 Penabur Jakarta), Jonathan Pradana Mailoa (SMAK 1 Penabur Jakarta), Andy Octavian Latief (SMA Negeri 1 Pamekasan), dan Firmansyah Kasim (Sekolah Menengah Pertama Islam Athirah Makassar).
Generasi muda yang akan berjuang di tingkat internasional ini, kini terus memperdalam ilmu fisika dengan mengikuti karantina. Mereka mendapat bimbingan dari Yohanes Surya selama masa karantina. Harapan dan doa seluruh bangsa Indonesia mengiringi ilmuwan-ilmuwan muda ini untuk mengharumkan nama bangsa.(JUM/Teguh Dwi Hartono dan Yusril Ardanis)