Sukses

Korban Tewas Banjir di Sulsel Terus Bertambah

Jumlah korban tewas akibat banjir bandang dan longsor di lima kabupaten di Sulawesi Selatan diperkirakan akan terus bertambah. Saat ini korban tewas sudah mencapai 87 orang dan ratusan lainnya hilang.

Liputan6.com, Sinjai: Korban tewas akibat banjir bandang dan longsor yang melanda beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, hingga Rabu (21/6) ini sudah mencapai 87 orang. Menurut Gubernur Sulsel Amin Syam yang dihubungi SCTV lewat telepon, korban terbanyak berada di Kabupatan Sinjai, yakni 78 orang. Sementara 58 lainnya yang terseret banjir bandang hingga kini masih belum ditemukan. "Kemungkinan jumlah korban akan terus bertambah karena masih ada yang tertimbun di reruntuhan rumah," kata Syam [baca: Korban Tewas Akibat Banjir di Sulsel 55 Orang].

Dijelaskan Syam, tim search and rescue dibantu polisi dan TNI sampai siang ini masih terus melakukan pencarian korban hilang. Namun upaya evakuasi korban sempat mengalami hambatan karena sulitnya mencapai daerah yang terisolasi.

Selain pencarian korban, menurut Syam, bantuan medis dan logistik dari berbagai daerah juga sudah mulai berdatangan. Namun yang sangat diperlukan warga saat ini adalah air bersih. "Semua bantuan sudah disalurkan sesuai dengan mekanisme yang ada," kata Syam.

Syam mengharapkan pula agar pemerintah pusat segera mengirim bantuan terutama untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, seperti jembatan, dan rumah sakit. "Rumah sakit di Sinjai rusak diterjang banjir. Akibatnya banyak peralatan dan obat-obatan yang hancur," tutur Syam.

Dikatakan Syam, banjir yang menerjang Sulsel kali ini disebabkan hujan yang terus menerus turun selama tiga hari berturut-turut. Akibatnya air Sungai Mangottong meluap dan menerjang ratusan rumah yang berada di pinggir sungai. "Kalau akibat pembalakan hutan saya kira kecil kemungkinannya. Pasalnya di Sulsel hutannya sangat sedikit," kata Syam [baca: Belasan Warga Tewas Terseret Banjir Bandang].

Daerah yang paling parah diterpa banjir adalah Kabupaten Sinjai. Bahkan di Sinjai Utara, Sinjai Timur dan Tengah genangan air mencapai dua meter hingga lima meter. Banjir yang disertai lumpur ini juga nyaris mengisolasi Sinjai karena sejumlah jalur penghubung antarkabupaten lainnya terputus. Beberapa jembatan seperti di Kecamatan Camming, Kabupaten Bone dan jembatan Trans Sulawesi yang menghubungkan Kabupaten Bulukumba dan Bantaeng runtuh dihantam luapan air. Terputusnya jalur menuju Sinjai menjadikan upaya evakuasi korban menjadi lambat. Selain di Sinjai, banjir yang terjadi sejak Selasa silam ini juga melanda Kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba.

Saat ini seluruh korban ditampung di puskesmas kecamatan dan Rumah Sakit Umum Daerah Sinjai. Namun akibat minimnya fasilitas dan tenaga serta kurangnya obat-obatan mereka hanya mendapat perawatan seadanya.

Suara tangis, misalnya, merebak di Pusat Kesehatan Masyarakat Balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara dan ruang unit gawat darurat RSUD Sinjai. Kedua tempat pelayanan kesehatan ini untuk sementara dijadikan penampungan korban banjir baik yang tewas maupun selamat. Petugas medis tampak kewalahan menampung jumlah korban yang terus berdatangan. Akibatnya sebagian pasien terpaksa dirawat di lantai rumah sakit. Tak hanya itu rumah sakit juga mulai kekurangan obat-obatan terutama obat antibiotik dan antiseptik.

Sementara itu, guna meringankan beban para korban banjir pemerintah sudah menyiapkan berbagai bantuan. Menurut Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah bantuan saat ini telah diterbangkan dari Jakarta.

Bachtiar juga menjelaskan banjir yang terjadi di sejumlah kabupaten dan kota di pantai timur Sulsel memang akibat hujan yang terus menerus turun. Namun Bachtiar juga mensinyalir air bah juga disebabkan adanya kerusakan hutan di kawasan tersebut.(IAN/Tim Liputan6 SCTV)

    Video Terkini