Kondisi terjadi karena selama ini mereka mengandalkan curah hujan untuk mengairi sawahnya. Mereka juga kekurangan pasokan air karena Bendungan Gerak Serayu di Kecamatan Kebasen, Banyumas, mengalami penurunan debit air. Bendungan ini mengairi sekitar 28 ribu hektare areal persawahan yang berada di tiga kabupaten tersebut.
Berdasarkan laporan reporter SCTV, Cindy Agustina, Rabu (26/7) siang, penurunan debit air dari 2.400 menjadi 2.300 meter kubik di Bendungan Gerak Serayu seharusnya tidak mempengaruhi irigasi. Namun kekeringan masih terjadi karena petani mengandalkan curah hujan untuk mengairi sawahnya.
Tanaman padi para petani kini terlihat berwarna kuning dan mengering akibat kekurangan pasokan air. Menurut Mukhair, petani Banyumas, tanaman padi juga mudah rontok dan kualitasnya kurang baik.
Advertisement
Kondisi kekeringan di Banyumas pada kali ini termasuk panjang. Padahal wilayah Bayumas termasuk salah satu lumbung beras di Jateng. Sementara wilayah terparah berada di Kecamatan Patik Raja dan Jati Lawang.
Kekeringan juga membuat warga Desa Kedung Randu, Gunung Tugel, kesulitan memperoleh air bersih. Mereka terpaksa berjalan berkilo-kilometer untuk mendapatkan sumber air. Sejak musim kemarau, di wilayah sekitar Gunung Tugel itu hampir tidak ada air lagi.
Selain itu, warga setempat juga memanfaatkan genangan air sawah untuk mencuci dan mandi. Namun mereka hanya bisa melakukannya pada malam hari karena pada siang hari air di sawah sangat sedikit.
Di beberapa tempat memang disediakan tangki untuk menampung pasokan air dari perusahan daerah air minum (PDAM) setempat. Tapi pasokan air tersebut tidak mencukupi karena hanya sekali seminggu dikirim. Satu tangki dari truk air itu diperuntukan bagi sekitar 250 orang dan selalu habis dalam sehari.(ZIZ/Tim Liputan 6 SCTV)