Sukses

Kasus Komersialisasi Anak di Lokasi Wisata Meningkat

Data Departemen Kebudayaan Pariwisata, sejak 2000, 70 ribu anak menjadi korban eksploitasi seks, mulai dari pelecehan hingga prostitusi dan perdagangan seks. Kasus ini paling banyak terjadi di Bali.

Liputan6.com, Jakarta: Devisa negara dari sektor pariwisata meningkat bersamaan dengan dampak negatif berupa kasus eksploitasi seksual komersial pada anak. Departemen Kebudayaan Pariwisata mendata sejak 2000 hingga sekarang, 70 ribu anak Indonesia menjadi korban eksploitasi seks, mulai dari pelecehan hingga prostitusi dan perdagangan sebagai budak seks. Sapta Nirwanda Sekretaris, Jenderal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, Kamis (3/8), mengatakan jumlah kasus komersialiasasi seks anak di Indonesia meningkat 20 persen dalam kurun waktu satu tahun.

Sapta menjelaskan, kasus-kasus komersialisasi seks pada anak paling banyak terjadi di daerah pariwisata seperti Bali, Lombok, Batam, dan Jakarta. Sulit membongkar jaringan komersialisasi seks anak karena tidak mudah mendapatkan informasi. Apalagi korban yang masih anak-anak umumnya jarang mau bicara. Kasus pedofil yang dilakukan seorang warga Australia pada anak Indonesia Februari 2004 adalah salah satu kasus pelecehan seks anak yang terungkap [baca: Mantan Diplomat Australia Menyodomi Anak SMP].

Pemerintah meminta pengusaha wisata, termasuk hotel, untuk melatih karyawannya mengenali dan melaporkan indikasi kasus pencabulan anak. Misalnya melaporkan tamu hotel yang membawa bocah yang dicurigai bukan anaknya. Sapta juga berharap masyarakat aktif memberitahukan polisi bila melihat hal-hal yang mencurigakan.(TNA/Vivi Waluyo dan Junaedi Setiawan)