Meski terpukul, Mulyadi mencoba tabah. Ia pun terus berusaha menguatkan hati istrinya Nurhayati yang hingga kini masih shock. Mulyadi mengaku belum sempat menggendong Sahfitri. "Baru tadi malam bisa menyentuh anak saya, mencium, dan mengelus kepala anak saya," ujar Mulyadi dengan suara bergetar.
Menurut Mulyadi, tak ada kejanggalan saat Sahfitri masih berada dalam kandungan. "Semua normal saja. Tak ada keluhan," tambah Mulyadi. Layaknya ibu hamil, Nurhayati juga ngidam. Ia pun sering mengecek kesehatan istri dan kandungannya.
Menurut Dokter Adi Sukrisno, ginekolog Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Barat, kasus kembar siam Sahfitri terjadi akibat pembelahan embrio yang tidak sempurna. Proses ini terjadi pada hari-hari pertama setelah pembuahan. "Jika [pembelahan] sempurna akan ada dua janin kembar," jelas Adi. Kasus kembar siam berkepala dua (dicephalus) ini menjadi yang pertama di Indonesia. Kemungkinan kasus ini adalah 1 berbanding 60 ribu kehamilan.
Advertisement
Sejauh ini, Adi menambahkan, kondisi Sahfitri stabil. Namun, bayi tersebut masih memerlukan oksigen untuk membantu pernapasan. Pihak RS Pelni juga beberapa kali mencoba memberi makanan cair melalui saluran pencernaan. "Belum berani memberikan ASI [air susu ibu] atau susu," imbuh Adi.
Mulyadi bisa memaklumi keputusan tim dokter RS Pelni yang memutuskan tak akan menempuh operasi pemisahan. Bayi kembar siam berkepala dua itu akan dipertahankan kondisinya hingga ada observasi lanjutan mengenai kondisi kesehatannya. Selain memiliki dua kepala, bayi kelahiran 7 Agustus 2006 itu juga tidak memiliki lubang dubur [baca: Kondisi Bayi Dua Kepala Akan Dipertahankan].(TOZ)