Ari dirawat di RSU dokter Slamet sejak Rabu malam lalu. Ia diduga terserang flu burung setelah mengalami demam tinggi disertai batuk dan sesak napas. Selain itu, Ari memiliki riwayat kontak dengan unggas di sekitar rumahnya yang mati mendadak. Ia sempat dirawat di Puskesmas Bayombong sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Sementara Tosin dan Herman, dua pasien dugaan flu burung lain asal Cikelet, Garut, hingga kini masih dirawat di ruang isolasi RS Hasan Sadikin, Bandung, Jabar. Sejauh ini pihak rumah sakit masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan positif tidaknya mereka terserang H5N1. Secara umum kondisi keduanya membaik. Meski demikian, tim medis belum memutuskan untuk memindahkan mereka ke ruang perawatan.
Trisatya Naipospos, Wakil Ketua Komisi Nasional Penanggulangan Flu Burung menyesalkan tindakan Dinas Kesehatan Kendari, Sulawesi Tenggara, yang melakukan pelabelan terhadap rumah keluarga Ambo Sau yang diduga terkena flu burung. Trisatya yakin sebenarnya kebijakan itu bermaksud baik. Tapi kurang tepat sasaran [baca: Warga Kendari Memprotes Pelabelan "Suspek AI"].
Advertisement
Menurut Dinkes setempat, pelabelan rumah keluarga Ambo Sau sebagai tanda mereka telah disurvei. Padahal berdasarkan Pasal 5 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, upaya penanggulangan wabah harus melibatkan warga, bukan malah membuat warga takut. Keluarga Ambo Sau juga keberatan dengan tindakan tersebut dan berharap ada langkah konkret untuk mencegah jatuhnya korban. Contohnya merawat ketiga anak Ambo Sau yang diduga terjangkit avian influenza
di rumah sakit [baca: Tiga Bersaudara di Kendari Diduga Flu Burung].(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)