Dalam pantauan SCTV, Jumat (1/9), kabut asap masih menyelimuti sebagian Kota Palembang, termasuk di kawasan Jembatan Ampera yang membelah Sungai Musi. Kendati begitu warga tetap beraktivitas seperti biasa tanpa menggunakan masker atau kacamata. Padahal Dinas Kesehatan Palembang sudah mengeluarkan status waspada. "Untuk pengendara motor pake kacamata, untuk balita (bocah berusia di bawah lima tahun) dan anak-anak dianjurkan tetap di rumah," ujar Gema Asiani, karyawan Dinkes Palembang [baca: Kabut Asap di Sumatra Semakin Tebal].
Pemandangan berbeda tampak di Kota Pekanbaru, Riau. Hari ini udara kota terlihat cerah setelah diguyur hujan kemarin malam. Papan Indeks Standar Pencemaran Udara menunjukkan, kualitas udara Kota Pekanbaru normal. Tiupan angin kencang turut membantu menghilangkan kabut asap. Terlebih pada Rabu silam, warga Pekanbaru sudah bisa kembali menikmati siraman sinar matahari [baca: Hujan Buatan Efektif Memadamkan Titik Api].
Adapun pembakaran lahan dan hutan untuk perluasan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat masih saja berlangsung. Pemandangan itu tampak di kawasan hutan tropis di Kabupaten Sanggau, Kalbar, yang menyimpan berbagai tanaman khas Pulau Borneo berusia puluhan hingga ratusan tahun. Kini, sedikit yang tersisa di sana [baca: Besok Riau Diguyur Hujan Buatan].
Advertisement
Sementara Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar menyatakan, pihaknya masih menyidik tujuh perusahaan yang telah membakar lahan. Ketujuh perusahaan itu masing-masing berada di Riau dan Kalbar. "Kalau ada kebakaran, maka lahan yang terbakar itu kita vonis tak boleh diolah," kata Rachmat. Tujuannya, tambah Rachmat, untuk memberi pelajaran kepada para pembakar lahan tindakan tersebut sangat merugikan, bukan menguntungkan.(AIS/Tim Liputan 6 SCTV)