Sukses

Rel Kereta Api di Porong Memuai

Rel kereta api di Kilometer 32 atau satu kilometer menjelang Stasiun Porong, Jatim, memuai sepanjang 10 meter. KA Panataran jurusan Surabaya-Blitar nyaris melalui rel yang rusak itu.

Liputan6.com, Porong: Setelah jalan Tol Porong-Gempol ditutup karena terendam lumpur panas, kini jalur transportasi kereta api terancam putus karena rel memuai. Berdasarkan pantauan reporter SCTV, Rabu (27/9), Kereta Api Panataran jurusan Surabaya-Blitar berhenti akibat rel memuai di Kilometer 32 atau sekitar satu kilometer menjelang Stasiun Porong, Jawa Timur. Rel yang memuai jaraknya beberapa meter dari tanggul penahan lumpur panas.

Masinis KA Panataran, Yus Yunus Sunarto mengaku terpaksa menghentikan lokomotif yang mengangkut empat rangkaian gerbong karena melihat rel memuai sepanjang 10 meter. Peristiwa itu juga mengganggu jalur Surabaya menuju Malang, Blitar, maupun Jember dan Banyuwangi. Sampai berita ini ditulis, tim teknis PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VIII masih mengganti rel yang memuai dengan rel baru.

Usaha penguatan tanggul juga terus dilakukan di Tol Porong-Gempol di kawasan KM 37 sampai KM 38 karena lumpur terus meninggi sampai lutut orang dewasa. Jalan tol hingga kini masih ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Agar rel kereta yang melintasi Kecamatan Porong tidak terendam saat musim hujan nanti, sudah dibuat saluran air sepanjang 600 meter.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanggil Tim Teknis Penanggulangan Lumpur PT Lapindo Brantas untuk membahas dampak dan penanganan lumpur yang semakin tidak terkendali. Keputusan akan membuang lumpur ke laut atau dibiarkan mengendap di darat akan diputuskan dalam sidang kabinet hari ini.

Namun Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, Presiden Yudhoyono sudah setuju lumpur dibuang ke laut bila tak ada alternatif penampungan lumpur lain [baca: Presiden Setuju Lumpur Lapindo Dibuang ke Laut]. Pasalnya sudah memakan waktu hampir tiga bulan luapan lumpur tak bisa diatasi. Volume lumpur dari hari ke hari terus bertambah bahkan sampai merendam desa serta jalan tol. Menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar yang sejak semula tidak setuju lumpur dibuang ke laut akhirnya menyerah karena kondisi sudah mendesak.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)

    Video Terkini