Keberhasilan ini langsung merebak ke seantero dunia. Juga didengar para ahli jantung di dunia yang tengah seminar di Kobe, Jepang. Perhatian mereka pun kontan tertuju ke Jakarta. Mereka penasaran dengan kesuksesan tim yang dipimpin Teguh Santoso.
Teguh Santoso bersama timnya memang sukses mengembangkan proses kardiologi intervensi yang telah berkembang sejak lama. Sayang metode kardiologi intervensi adalah pengobatan berbiaya tinggi. Faktor itulah yang memantik rasa kemanusiaan Teguh. Dia pun berusaha keras mengembangkan pengobatan penyakit jantung koroner tanpa operasi.
Tak mudah bagi Teguh untuk mengembangkan metode kardiologi intervensi tanpa operasi. Lulusan cum laude dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Thoraxcentrum Rotterdam, Belanda itu sudah merintisnya sejak 1987. Bahkan suatu ketika dia terpaksa berurusan dengan polisi di Hongkong karena membawa sendiri peralatan operasi.
Advertisement
Tapi kini semua terbayarkan. Usaha Teguh merintis kardiologi intervensi di Indonesia tidak sia-sia. Metode tersebut sekarang sangat diminati pasien karena mempunyai tingkat kesembuhan yang tinggi dan waktu pemulihan singkat [baca: Mengobati Penyakit Jantung Tanpa Operasi].
Kini Teguh nyaris tak pernah berhenti bergerak. Selain praktik, sekarang waktu Teguh banyak dihabiskan untuk berkeliling dunia. Dia memang kerap diundang sebagai pembicara pada seminar berbagi ilmu dengan satu tujuan untuk menolong sesama.
Tapi sukses tak lantas membuat Teguh lupa daratan. Dia tetap baik dan rendah hati. Menurut Jose Roesma, rekan Teguh, mengakui sifat baik temannya itu. "Dia dokter profesional yang mencurahkan segala kemampuan untuk kepentingan medis dan kemajuan dunia kedokteran," kata Jose.(ICH/Tim Liputan 6 SCTV)