Liputan6.com, Palangkaraya: Setelah dua hari menipis, kabut asap kembali menebal di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (9/11). Akibatnya pesawat bom air Fix Wing BF-200 gagal memadamkan api hari ini karena tak dapat mendarat di Bandar Udara Tjilik Riwut yang telah sebulan ini ditutup untuk semua jenis penerbangan.
Kabut asap yang kembali pekat itu akibat kebakaran hutan dan lahan sawit. Selain mengganggu penerbangan, jarak pandang di Sungai Kahayan yang semakin terbatas membuat kapal pengangkut bahan bakar minyak tak dapat beroperasi [baca: Kabut Asap Masih Menyelimuti Palangkaraya].
Kebakaran lahan gambut juga terjadi Bengkulu. Api sulit padam karena tak ada air. Padahal sebelum kemarau tiba, lahan tersebut biasa digunakan warga sebagai sawah. Warga setempat saat ini hanya berjaga-jaga agar kebakaran tak menjalar ke pemukiman.
Selain manusia, kebakaran hutan dan kabut asap juga mengancam habitat orang utan di Mantangai, Kalimantan Tengah. Puluhan orang utan ditemukan Yayasan Penyantun Hewan Internasional (IFAW) dalam keadaan sakit karena gangguan pernapasan, luka bakar, dan luka pukulan. Mereka meninggalkan habitat untuk mencari tempat yang lebih aman.
Yayasan yang berbasis di Washington, Amerika Serikat ini mengevakuasi sekitar 43 orang utan. Mereka menyebut jumlah orang utan liar di Indonesia saat ini hanya kurang dari 60 ribu ekor. Populasi orang utan terancam karena hampir 90 persen habitatnya rusak akibat perambahan hutan dan pembersihan lahan dengan cara pembakaran. Jika praktik ini terus berlangsung, para ahli memperkirakan hewan ini akan punah dalam waktu satu dekade.(YAN/Ririen Binti)
Kabut asap yang kembali pekat itu akibat kebakaran hutan dan lahan sawit. Selain mengganggu penerbangan, jarak pandang di Sungai Kahayan yang semakin terbatas membuat kapal pengangkut bahan bakar minyak tak dapat beroperasi [baca: Kabut Asap Masih Menyelimuti Palangkaraya].
Kebakaran lahan gambut juga terjadi Bengkulu. Api sulit padam karena tak ada air. Padahal sebelum kemarau tiba, lahan tersebut biasa digunakan warga sebagai sawah. Warga setempat saat ini hanya berjaga-jaga agar kebakaran tak menjalar ke pemukiman.
Selain manusia, kebakaran hutan dan kabut asap juga mengancam habitat orang utan di Mantangai, Kalimantan Tengah. Puluhan orang utan ditemukan Yayasan Penyantun Hewan Internasional (IFAW) dalam keadaan sakit karena gangguan pernapasan, luka bakar, dan luka pukulan. Mereka meninggalkan habitat untuk mencari tempat yang lebih aman.
Yayasan yang berbasis di Washington, Amerika Serikat ini mengevakuasi sekitar 43 orang utan. Mereka menyebut jumlah orang utan liar di Indonesia saat ini hanya kurang dari 60 ribu ekor. Populasi orang utan terancam karena hampir 90 persen habitatnya rusak akibat perambahan hutan dan pembersihan lahan dengan cara pembakaran. Jika praktik ini terus berlangsung, para ahli memperkirakan hewan ini akan punah dalam waktu satu dekade.(YAN/Ririen Binti)