Keberhasilan menjadi peserta kompetisi dimulai ketika Rais datang ke Jakarta hendak mengikuti kursus pijat pada 2002. Bukannya ditawari kursus, teman di tempat kursus mengajak Rais belajar komputer. Pemuda buta sejak usia dua tahun itu pun tertarik. Bagi dia, komputer merupakan awal lembaran baru hidupnya.
Pengenalan komputer pada para tunanetra dirintis Yayasan Mitra Netra. Tunanetra yang melek komputer kini sudah mencapai 300 orang. Semua itu bertujuan agar mereka lebih mandiri dan memiliki peluang kerja yang lebih luas. "Kalau tidak diberdayakan, nanti dari generasi ke generasi tetap saja menjadi tukang pijat," Arya Indrawati, staf Yayasan Mitra Netra.
Pengoperasian komputer bagi tunanetra ini menggunakan screen drive atau program komputer bicara. Harga program sebesar US$ 1.400 ini bahkan tak diproduksi lagi di Indonesia.(AIS/Kurnia Supriyatna)
Advertisement