Kabar terakhir yang keluarga dengar, Sinyo pamit mengunjungi temannya untuk makan malam. Kebingungan keluarga pada akhirnya berujung pada upaya pencarian. Keluarga besar Sumampaw pun berinisiatif menayangkan kabar hilangnya Yohanes dalam program berita kriminal Buser Siang SCTV.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Kabar tentang keberadaan Yohanes tak kunjung datang. Yohanes hilang bak terbawa angin. Selang 40 hari, sekitar pertengahan Oktober kepolisian wilayah Kota Besar Makassar menerima laporan adanya penemuan kerangka manusia di sebuah kebun di Desa Bisoloro, Gowa.
Atas laporan itu, polisi mendatangi Desa Bisoloro yang berjarak 150 kilometer dari Kota Makassar. Hasilnya tidak sia-sia. Potongan-potongan itu ditemukan. Fakta lain ada bercak darah di sekitar lokasi. Sebuah sepeda motor juga tergeletak di sekitar lokasi. Warga mengenali sepeda motor itu sering dipakai salah seorang warga Desa Bisoloro.
Advertisement
Kabar penemuan kerangka manusia di Bisoloro itu terdengar keluarga Sumampaw yang masih terus melacak keberadaan Yohanes. Liong, anak Yohanes Sumampaw pun mendatangi Rumah Sakit Bhayangkara,
Liong belum yakin walaupun dompet berisi surat-surat identitas Yohanes ditemukan di sekitar lokasi.
Hasil uji laboratorium tim dokter RS Bhayangkara menyimpulkan, tengkorak itu adalah Yohanes Sumampaw, ayah Liong. Kepastian itu membuat polisi langsung memeriksa pemilik kebun, Maru Daeng Sara. Semula Daeng Sara mengelak. Tapi dari dompet yang ditemukan Daeng Sara polisi yakin ia terlibat. Daeng Sara mengakui dirinya sempat mengambil uang sebesar Rp 70 ribu dari dompet milik Yohanes.
Setelah menjalani pemeriksaan intensif pertengahan November, Daeng Sara akhirnya membeberkan perihal kerangka di kebun itu. Daeng Sara menuding Minu Daeng Emba sebenarnya sebagai pembunuh Yohanes.
Â
Polisi lalu menetapkan Minu Daeng Emba dan Daeng Sara sebagai tersangka. Selanjutnya Daeng Emba menunjuk Abdul Aziz Daeng Situju sebagai pelakunya. Belakangan jumlah tersangka bertambah. Selain tiga tersangka pertama di awal penyidikan polisi juga menetapkan lima tersangka lain yaitu Yusuf Daeng Rola, Fendy alias Rudy, Kahrudin Daeng Tomba, Tappo Daeng Nyampo dan Ismail Daeng Buang.
Hasil penyidikan polisi menyimpulkan kedelapan tersangka diduga secara bersama-sama menghabisi nyawa Yohanes. Para tersangka juga sempat mengaku orang yang menyuruh menghabisi nyawa Yohanes adalah Basri Daeng Nambung, Kepala Desa Bisoloro, tempat mereka tinggal.
Pembunuhan terhadap Yohanes berawal ketika pada Sabtu malam di pertengahan September, Basri Daeng Nambung mengajak Yusuf Daeng Rola dan Abdul Aziz Daeng Situju untuk minum di sebuah kedai di tepian Kota Makassar.
Di tengah suasana menikmati minuman memabukkan itu tiba-tiba Kepala Desa Saha Basri mengajak kedua temannya menjemput seseorang di rumah Ivan di Jalan Anuang. Setelah itu dengan bersepeda motor ketiganya menuju ke rumah Ivan. Ikut pula rekan lainnya, Kahrudin Daeng Tomba, Ismail Daeng Buang dan Tappo Daeng Nyampo.
Di rumah Ivan ada Yohanes orang yang memang ingin dijemput itu. Saat itu Yohanes tengah mabuk bersama Ivan dan teman lainnya di antaranya Fendy. Tak lama Yohanes pun ikut dengan Basri dan rombongan penjemputnya termasuk Fendy ke Desa Bisoloro.
Di tengah perjalanan tanpa alasan yang jelas Fendy alias Rudy alias Seng Tjong memisahkan diri dari rombongan. Setelah menempuh jarak yang cukup lama sekitar 150 kilometer mereka sampai di suatu kebun di Desa Bisoloro. Di sana sudah menunggu rekan Basri lainnya yaitu Maru Daeng Sara dan Minu Daeng Emba.
Saat itu Yohanes yang sudah mabuk berat dibawa ke kebun. Di sinilah mereka menghabisi nyawa Yohanes. Atas bantuan rekan-rekannya Basri Daeng Nambung sempat memenggal kepala Yohanes. Bahkan tak cuma itu. Tappo Daeng Nyampo dan Ismail Daeng Buang juga menikam tubuh Yohanes.
Setelah memastikan Yohanes tidak bernyawa mereka pergi meninggalkan kebun. Tapi Ismail Daeng Buang dibantu Yusuf Daeng Rola dan Minu Daeng Emba sempat memasukkan jenazah Yohanes ke dalam karung dan membuangnya ke belakang kebun. Para tersangka mengaku tidak mengenali korban. Rola dan Sara baru bertemu korban saat dikenalkan Kepala Desa Saha Basri pada malam kejadian.
Keduanya mengaku membunuh Yohanes karena takut sama Saha Basri. "Setelah minum dan mabuk, baru kepala desa memberitahu akan ada yang dijemput. Saat diajak menjemput, saya protes pada kepala desa, kenapa seperti itu, karena awalnya saya hanya dipanggil minum, tapi kepala desa terus memaksa ikut," kata Rola. Sementara Sara mengatakan," Kalau di desa, bila kepala desa menyuruh harus mau. Saya takut dengan kepala desa."
Tak banyak informasi mengenai sosok Yohanes. Sejak kerangkanya ditemukan keluarga besar Yohanes seolah tak pernah selesai dirundung duka. Mereka masih belum bersedia ditemui. Ivan, teman terakhir yang bersama Yohanes juga mengaku tidak tahu menahu tentang sosok Yohanes. Ia mengaku hanya teman biasa korban.
Sedangkan Basri Daeng Nambu yang dituding tersangka lain sebagai dalang pembunuh Yohanes menyangkal semua tuduhan itu. Bagi warga Desa Bisoloro, dugaan bahwa Basri terlibat pembunuhan Yohanes sungguh mengejutkan. Mereka tak percaya andai dugaan itu terbukti, Basri bisa begitu tega membunuh Yohanes. Padahal ia dikenal sebagai sosok yang baik. Kendati Basri membantah terlibat, polisi tetap menetapkannya sebagai tersangka dan yakin dalang pembunuhan Yohanes. Sejauh ini polisi terus menyelidiki motif di balik pembunuhan Yohanes.(YYT/Tim Derap Hukum SCTV)