Sukses

Tragedi Cinta Terlarang

Siti Aminah kecewa dengan Sugiatno sebab salah satunya karena kekasihnya itu tak pernah serius hendak menikahinya. Saat bertengkar, Siti membakar Sugiatno hingga merenggut nyawa sang kekasih.

Liputan6.com, Klaten: Nasib nahas menimpa Sugiatno. Lelaki berusia lebih dari 50 tahun ini sama sekali tak sanggup bergerak. Di salah satu ruang perawatan Rumah Sakit Cakra Husada, Klaten, Jawa Tengah, ia hanya bisa berbaring. Duda empat anak itu menderita luka bakar lebih dari 50 persen di sekujur tubuh.

Saat bersamaan Lilis, putri kandung Sugiatno, harus pula menjalani perawatan serupa. Remaja putri berumur 16 tahun ini juga mengalami luka bakar serius nyaris di sekujur tubuh. Tidak ada yang bisa dilakukan bapak dan anak ini selain rebahan di tempat tidur. Perawatan keduanya berlangsung intensif. Tapi nasib Sugiatno tidak seberuntung sang putri. Sehari setelah dirawat, ia akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah kondisi tubuhnya memburuk.

Sugiatno meninggal setelah terlibat pertengkaran hebat dengan Siti Aminah, janda yang selama enam tahun terakhir menjadi kekasihnya. Lilis masih ingat apa yang terjadi sesaat sebelum dirinya dan sang ayah harus merasakan jilatan api dari bensin yang disiram Siti. Ketika itu Lilis mencoba meredam keributan antara ayahnya dan Siti.

Situasi kacau saat itu akhirnya berakibat fatal. Lilis harus kehilangan ayahnya. Hampir dua pekan setelah insiden itu Lilis masih tidak tahu bahwa ia tak lagi mempunyai ayah. Keluarga besarnya sengaja tak memberi tahu kematian Sugiatno agar ia tak terpukul di tengah proses perawatan yang dijalani.

Tak terasa dua pekan telah berlalu. Namun kematian Sugiatno masih menyisakan kepedihan mendalam di benak keluarga korban. Lilis yang belakangan tahu bahwa ayahnya telah tiada sebenarnya tidak terlalu terkejut dengan kabar itu. Ia memang sudah menduga ayahnya tidak akan sanggup bertahan akibat luka bakar yang diderita.

Untungnya luka-luka di tubuh Lilis sedikit demi sedikit mulai pulih. Sekali dalam sepekan ia memeriksakan diri ke rumah sakit untuk memastikan terhindar infeksi. Ia juga tak lagi dirawat di rumah sakit, tapi di rumah oleh kakak kandungnya. " Di rumah ada perawat [maksudnya sang kakak]," kata Lilis.

Kematian Sugiatno juga praktis membuat anak-anaknya menjadi yatim piatu. Ibu kandung mereka juga sudah lama meninggal karena sakit. Lilis mengaku kecewa bila mengingat tindakan yang dilakukan Siti. "Sengaja, dia sudah rencanain," tukas perempuan berambut pendek ini.

Sejauh yang diketahui anak-anak Sugiatno, ikatan asmara ayah mereka dengan Siti adalah hubungan tanpa ikatan perkawinan yang sah. Bahkan tali kasih itu telah terjalin hampir enam tahun. Anak-anak sudah mengingatkan agar sang ayah tidak terjebak dengan hubungan yang tidak sehat itu.

Sebenarnya pertengkaran antara Sugiatno dengan Siti sudah kerap terjadi. Puncaknya adalah keributan yang berujung dengan pembakaran tersebut. Ketika itu Siti yang tidak tinggal serumah mendatangi kediaman Sugiatno. Ia bermaksud meminta uang untuk menebus surat bukti kepemilikan sepeda motor kredit miliknya.

Keributan lantas meledak karena Sugiatno tidak punya uang. Siti yang jengkel pergi dan tak lama kemudian kembali sembari menenteng sejeriken bensin. Keduanya kembali terlibat pertengkaran dan sempat pula terjadi rebutan jeriken. Lilis yang melihat keributan mencoba melerai. Saat itulah Siti mengeluarkan korek api dan selanjutnya api pun dengan cepat menjilat tubuh Sugiatno, Lilis, dan tangannya sendiri. Setelah itu perempuan ini langsung kabur meninggalkan kedua korbannya yang masih terbakar.

Siti yang kalut akhirnya menuju kantor polisi. Kepada polisi yang sedang piket, ia menceritakan peristiwa yang dialaminya. Siti menuturkan jengkel pada Sugiatno lantaran banyak hal. Misalnya saja ia kecewa karena Sugiatno tidak pernah serius untuk menikahi dirinya secara resmi. Siti juga kesal karena sang kekasih kerap meminta uang dan menganiaya dirinya. Tapi perempuan berparas manis ini membantah bila disebut sengaja membakar Sugiatno hidup-hidup.

Bagi para tetangga, bukan hal aneh bila mendengar pasangan ini ribut besar. Hubungan keduanya memang intim, namun tidak pernah tinggal serumah. Sugiatno memiliki rumah di kawasan Desa Birin, sedangkan Siti mengontrak di Desa Jombor. Meski demikian, jarak tempat tinggal keduanya hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit.

Walau tidak tinggal serumah, selama menjalin asmara keduanya sudah berhubungan bak suami istri. Semula warga desa tidak mengetahui secara jelas status perkawinan keduanya. Ada yang mengatakan sepasang kekasih ini telah menikah siri. Tapi ada pula yang menganggap hal itu hanya bualan agar hubungannya keduanya tidak dianggap tercela.

Apa pun itu, yang jelas hubungan keduanya sudah mengganggu ketenangan warga. "Sering [bertengkar]," jelas Sri Suharmi, tetangga. Telah berkali-kali tetangga harus melerai karena cekcok keduanya yang di luar batas kewajaran. Yang membuat warga makin tak berkenan ternyata keduanya tak pernah menikah resmi. Kini setelah Siti mendekam di tahanan polisi, rumahnya juga lebih sering kosong. Anaknya juga sudah jarang di rumah. Menurut Siti, seandainya boleh memilih ia lebih baik tak mengenal Sugiatno. "Kok kejadiannya begini," sesal dia.

Sementara Lilis, kakak atau adiknya enggan menempati rumah ayah mereka. Mereka trauma dan memilih tinggal di kediaman bibi mereka. Kalaupun harus ke rumah sang ayah, mereka juga enggan tidur di sana selain sekedar merapikan keadaan rumah. Sebab mereka tidak ingin terluka. Apalagi mereka memang mencoba mengubur peristiwa pahit dan kenangan manis bersama ayahnya di kediaman itu.(MAK/Tim Derap Hukum)
    Video Terkini