Liputan6.com, Jakarta: Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membawa imbas buruk bagi pedagang kayu bekas di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sejumlah pedagang mengaku, kini sulit menjual kayu karena banyak pabrik tak lagi mengimpor barang. Selain itu, jumlah impor mobil mewah juga terus berkurang. "Ini membuat kami sulit mendapatkan bahan baku kayu bekas. Usaha kami jadi terancam," kata Sukmawati, pedagang kayu bekas, baru-baru ini.
Celakanya, kata Sukmawati, pemerintah malah berniat menaikkan harga bahan bakar minyak untuk transportasi, Juni mendatang. Bila kenaikan BBM tetap dilaksanakan, sejumlah pedagang khawatir usaha mereka akan gulung tikar. Sebab, selama ini, Sukmawati sudah merasa berat dengan tingginya biaya transportasi.
Menurut pedagang lain, Solihan, pemerintah harus segera memberdayakan para pedagang kayu bekas ini. Apabila, keluhan mereka tak diperhatikan, bukan tak mungkin usaha penjualan kayu bekas akan berguguran. "Pada akhirnya pemerintah juga yang sulit, karena muncul pengangguran baru," kata Solihan.
Selama ini, kawasan Kelapa Gading dikenal sebagai tempat jual beli kayu bekas untuk palet atau tatakan barang yang biasa digunakan pabrik. Selain itu, pedagang di kawasan ini juga menjual kayu bekas boks mobil atau mesin pabrik impor. "Kayu tersebut sangat laku untuk keperluan interior rumah," kata Solihan. Kayu jenis itu bisa dijual dengan harga antara Rp 3 ribu-20 ribu per batang. Harga kayu akan semakin mahal apabila serat kayu kelihatan jelas. Para pedagang menyebutnya dengan nama kayu Belanda.(ULF/Abbas Yahya dan Bambang Triono)
Celakanya, kata Sukmawati, pemerintah malah berniat menaikkan harga bahan bakar minyak untuk transportasi, Juni mendatang. Bila kenaikan BBM tetap dilaksanakan, sejumlah pedagang khawatir usaha mereka akan gulung tikar. Sebab, selama ini, Sukmawati sudah merasa berat dengan tingginya biaya transportasi.
Menurut pedagang lain, Solihan, pemerintah harus segera memberdayakan para pedagang kayu bekas ini. Apabila, keluhan mereka tak diperhatikan, bukan tak mungkin usaha penjualan kayu bekas akan berguguran. "Pada akhirnya pemerintah juga yang sulit, karena muncul pengangguran baru," kata Solihan.
Selama ini, kawasan Kelapa Gading dikenal sebagai tempat jual beli kayu bekas untuk palet atau tatakan barang yang biasa digunakan pabrik. Selain itu, pedagang di kawasan ini juga menjual kayu bekas boks mobil atau mesin pabrik impor. "Kayu tersebut sangat laku untuk keperluan interior rumah," kata Solihan. Kayu jenis itu bisa dijual dengan harga antara Rp 3 ribu-20 ribu per batang. Harga kayu akan semakin mahal apabila serat kayu kelihatan jelas. Para pedagang menyebutnya dengan nama kayu Belanda.(ULF/Abbas Yahya dan Bambang Triono)