Sukses

Akwet Puluhan Tahun Menggeluti Kaligrafi Cina

Lim Tju Kwet adalah satu dari tiga orang penulis kaligrafi Cina yang masih tersisa di Jakarta. Dirinya bingung mencari penerus karena amat jarang kaum muda yang tertarik melestarikan seni ini.

Liputan6.com, Jakarta: Gang Kecap yang sempit dan padat di kawasan Pancoran, Jakarta Barat, tidak menjadi hambatan bagi Lim Tju Kwet menjalankan usaha sebagai pembuat kaligrafi Cina. Lelaki yang akrab dipanggil Akwet ini sudah menggeluti profesi yang dalam bahasa Cina disebut co fung fat how sek sejak 1976.

Setiap hari, ada saja yang mendatangi Akwet. Mereka memesan tulisan untuk ucapan selamat ulang tahun, pembukaan toko, persembahyangan hingga untuk duka cita. Bagi dia, kerja ini tidak dapat dinilai secara rupiah. Harga sebuah karya pun bergantung pada kemampuan tiap orang. "Yang kurang mampu ada keringan," kata pria yang telah menggeluti profesinya selama 31 tahun tersebut.

Tulisan Cina sempat dilarang pada masa Orde Baru. Tapi Akwet tetap bertahan karena ingin meneruskan nilai tradisi. Apalagi dari sembilan bersaudara, hanya dia yang mewarisi kemampuan menulis indah dari sang ayah yang juga membuka usaha serupa pada era 1960.

Akwet memang tidak menggeluti usaha dagang yang umumnya orang Tionghoa lakukan. Pasalnya, pria yang rambutnya mulai memutih ini mengaku tidak mempunyai bakat berdagang. Selain itu, dia tidak memiliki modal. Namun, Akwet sangat bangga karena dari profesi menulis kaligrafi Cina mampu menyekolahkan tiga putranya hingga perguruan tinggi.

Saat ini mencari pembuat kaligrafi Cina seperti Akwet tergolong sulit. Di Jakarta, hanya tersisa tiga pekerja seni semacam ini. Tak heran, Akwet dikenal hingga ke luar Pulau Jawa. Salah satu pelanggannya adalah Amirudin. "Harganya nggak mahal, bikinnya rapi dan bagus," kata Amirudin.

Berakhirnya era Orde Baru jelas memberi harapan bagi Akwet. Dia bertekad mencari penerus untuk melestarikan tradisi. "Cari yang punya hobi, saya ajari," harapnya. Teknologi memang sudah ada untuk membuat kaligrafi Cina. Tapi Akwet tetap menggantungkan harapan pada orang-orang yang masih mencintai dan mau melestarikan tradisi Tionghoa.(DNP/Satya Pandia)
    Produksi Liputan6.com