Seperti yang dialami Among dan keluarganya. Saat ini mereka masih tinggal di pengungsian lantaran rumahnya di pinggir Kali Ciliwung di kawasan Bukit Duri, Jakarta Selatan tidak bisa lagi ditempati. Selain masih tertimbun lumpur, sebagian besar badan dan perabot rumah hanyut diterjang banjir. Saat ditemui SCTV, belum lama berselang, penjual makanan kaki lima ini berpikir untuk pulang ke kampungnya di Bogor, Jawa Barat.
Selain Among, keadaan serupa dialami ratusan warga lainnya. Mereka tidak hanya membutuhkan bantuan untuk perbaikan rumah, namun juga sangat mendambakan layanan medis. Karenanya tidak heran, warga sangat antusias dan rela antre untuk mendapatkan layanan pemeriksaan dokter gratis yang disediakan oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat. Sebagian besar warga mengeluh terkena penyakit pascabanjir, seperti gatal-gatal dan diare [baca: Korban Banjir Mulai Terserang Berbagai Penyakit].
Di lokasi berbeda, korban banjir di dua Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur mendapat pembagian kompor dan tabung gas tiga kilogram secara gratis. Pembagian ini merupakan sosialisasi program pengalihan minyak tanah ke elpiji yang ditargetkan pemerintah selesai tahun 2010 [baca: Pertamina Mulai Membagi Kompor Gratis].
Advertisement
Namun, manfaat kompor gas ini belum banyak dirasakan. Warga yang sudah mendapat kompor dan tabung gas kembali menggunakan minyak tanah karena lebih ekonomis. Meski harga tiga kilogram gas setara dengan lima liter minyak tanah, tapi elpiji hanya cukup untuk tujuh hari, sedangkan minyak tanah bisa untuk sepuluh hari.(IAN/Tim Liputan 6 SCTV)