Liputan6.com, Karawang: Kapal Motor Penumpang (KMP) Levina I akhirnya ditarik dari perairan Pulau Seribu. Upaya penarikan dilakukan sejak Ahad (25/2) pukul 01.00 WIB. Setidaknya Dibutuhkan waktu lima jam untuk menarik KMP Levina I menuju Muara Gembong, Karawang, Jawa Barat.
Berbagai kendala dihadapi tim evakuasi gabungan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi Badan SAR Nasional (Basarnas), serta Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai Tanjungpriok, Jakut. Selain masalah cuaca, juga ditemukan sejumlah titik api di dalam KMP Levina I dan sulitnya menyeimbangkan kapal saat akan ditarik akibat parahnya kerusakan [baca: Penarikan KM Levina Lamban].
Lokasi Muara Gembong sengaja dipilih karena letaknya tidak mengganggu jalur pelayaran di Pelabuhan Tanjungpriok. Dalam proses penarikan ini, tim evakuasi gabungan belum memeriksa kondisi di dalam kapal, termasuk melihat apakah masih ada korban jiwa. Guna mengetahui penyebat terbakarnya kapal, tim KNKT akan memeriksa rangka KMP Levina I.
Sementara itu, tim evakuasi KRI Pulau Seribu menemukan dua korban kecelakaan KMP Levina I. Kedua jenazah tiba di posko Pelabuhan Tanjungpriok kemarin petang. Upik, perempuan yang sedang mencari suaminya, langsung menangis dan menduga jenazah yang datang adalah Lukman Hakim. Namun dugaan ia salah. Setelah diidentifikasi, korban adalah Agus asal Sukabumi, Jawa Barat, dan Ahmad Fauzi [baca: Nakhoda dan Mualim Satu Levina Resmi Tersangka].
Dengan ditemukannya dua jenazah ini, sudah 18 korban KMP Levina I yang ditemukan. Pihak keluarga penumpang masih melaporkan anggota keluarga mereka yang belum ditemukan. Setidaknya masih ada 17 korban yang masih dinyatakan hilang dan sedang dalam pencarian. Jumlah penumpang hingga saat ini masih simpang siur.
Keluarga Rudi Pandairot di Tanjungpriok, Jakut, masih berkumpul dan menunggu kabar mengenai nasib Rudi yang diduga terjebak di dalam kapal. Mereka berharap Rudi bisa ditemukan walau dalam keadaan apapun. Sebelumnya Muhammad Faris, anak Rudi, sudah ditemukan.
Jenazah Muhammad Faris kemarin pagi tiba di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Mayat bocah tujuh tahun itu dijemput paman dan bibinya. Sedangkan Ibu Faris tak ikut menjemput karena jiwanya masih terguncang.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)
Berbagai kendala dihadapi tim evakuasi gabungan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi Badan SAR Nasional (Basarnas), serta Kesatuan Pengamanan Laut dan Pantai Tanjungpriok, Jakut. Selain masalah cuaca, juga ditemukan sejumlah titik api di dalam KMP Levina I dan sulitnya menyeimbangkan kapal saat akan ditarik akibat parahnya kerusakan [baca: Penarikan KM Levina Lamban].
Lokasi Muara Gembong sengaja dipilih karena letaknya tidak mengganggu jalur pelayaran di Pelabuhan Tanjungpriok. Dalam proses penarikan ini, tim evakuasi gabungan belum memeriksa kondisi di dalam kapal, termasuk melihat apakah masih ada korban jiwa. Guna mengetahui penyebat terbakarnya kapal, tim KNKT akan memeriksa rangka KMP Levina I.
Sementara itu, tim evakuasi KRI Pulau Seribu menemukan dua korban kecelakaan KMP Levina I. Kedua jenazah tiba di posko Pelabuhan Tanjungpriok kemarin petang. Upik, perempuan yang sedang mencari suaminya, langsung menangis dan menduga jenazah yang datang adalah Lukman Hakim. Namun dugaan ia salah. Setelah diidentifikasi, korban adalah Agus asal Sukabumi, Jawa Barat, dan Ahmad Fauzi [baca: Nakhoda dan Mualim Satu Levina Resmi Tersangka].
Dengan ditemukannya dua jenazah ini, sudah 18 korban KMP Levina I yang ditemukan. Pihak keluarga penumpang masih melaporkan anggota keluarga mereka yang belum ditemukan. Setidaknya masih ada 17 korban yang masih dinyatakan hilang dan sedang dalam pencarian. Jumlah penumpang hingga saat ini masih simpang siur.
Keluarga Rudi Pandairot di Tanjungpriok, Jakut, masih berkumpul dan menunggu kabar mengenai nasib Rudi yang diduga terjebak di dalam kapal. Mereka berharap Rudi bisa ditemukan walau dalam keadaan apapun. Sebelumnya Muhammad Faris, anak Rudi, sudah ditemukan.
Jenazah Muhammad Faris kemarin pagi tiba di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Mayat bocah tujuh tahun itu dijemput paman dan bibinya. Sedangkan Ibu Faris tak ikut menjemput karena jiwanya masih terguncang.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)