Sukses

Musim Panen Tiba, Petani Tetap Terpuruk

Gara-gara pemerintah belum menentukan harga pembelian gabah, banyak petani berpaling ke tengkulak meski lebih murah. Ada sebagian petani yang menyimpan gabah untuk dimakan sendiri karena mahalnya harga beras.

Liputan6.com, Jakarta: Molornya penetapan harga pembelian pemerintah atau HPP untuk gabah semakin menimbulkan ketidakpastian di kalangan petani. Dan pada akhirnya, mereka kembali menjual gabah ke tengkulak meski rugi dan habis hanya untuk menutupi utang. Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berencana membahas lagi masalah itu, Sabtu (31/3) besok [baca: Kenaikan HPP Gabah Masih Didebatkan].

Bagi petani, musim panen adalah waktu yang paling ditunggu. Namun, tidak untuk saat ini. HPP pembelian gabah belum jelas lantaran masih menunggu keputusan pemerintah. Sementara HPP yang ada saat ini Rp 1.700 per kilogram dinilai masih sangat rendah.

Ketidakpastian itu membuat mereka berpaling ke tengkulak. Kendati lebih murah, para petani tak perlu repot memanen dan mengeluarkan ongkos. Semua dilakukan tengkulak, namun tak sedikit yang disimpan untuk dimakan sendiri karena mahalnya harga beras. Keadaan memprihatinkan ini dapat dilihat di Solo, Jawa Tengah dan Subang, Jawa Barat. Sedangkan petani di daerah lainnya harus rela rugi karena nilai jual gabah yang rendah dibandingkan biaya produksi.

Sementara petani kelimpungan dengan harga jual gabah yang rendah, pemerintah terus mengulur penetapan HPP baru. Boleh dikatakan, selama ini, kebijakan apa pun yang dibuat pemerintah memang tak terlalu berpihak pada petani. Buktinya, kehidupan petani selalu terpinggirkan. Satu di antara penyebabnya karena kebijakan yang setengah hati untuk meningkatkan kehidupan petani.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)