Sukses

Kematian Siswa IPDN Mencurigakan

Seorang staf IPDN melihat sejumlah luka lebam di dada almarhum Cliff Muntu. Ibu korban membantah Cliff menderita lever dan mengakui anaknya mempunyai masalah dengan dosen yang meminta uang untuk buku kuliah.

Liputan6.com, Sumedang: Seorang staf pengajar Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) menduga Cliff Muntu meninggal akibat kekerasan saat latihan pembinaan. Menurut Inu Kencana, terdapat sejumlah lebam di dada almarhum. Dia juga membantah Ketua Kontingen Sulawesi Utara ini meninggal akibat penyakit lever. "Kalau mereka mengatakan itu lever, maka sekarang beredar di kalangan praja, lever dadakan. Seakan-akan dibuat bahwa dia lever," kata Inu di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (3/4).

Pernyataan Inu bertentangan dengan keterangan Rektor IPDN Nyoman Sumaryadi. Dalam telewicara di Liputan 6 Siang, Sumaryadi menyatakan Cliff sudah lama mengeluh sakit lever tapi tak mau masuk rumah sakit. Sumardi juga membantah Cliff meninggal di kampus yang dulunya bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri [baca: Praja IPDN Meninggal di Kampus?].

Penyebab kematian Cliff memang masih buram. Jenazah pria asal Manado, Sulawesi Utara ini masih diotopsi di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung, Jawa Barat. Belum ada penjelasan resmi dari dokter mengenai penyebab kematian praja ini. Hasil otopsi ini juga diharapkan dapat menjawab pertanyaan, benarkah Cliff meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit atau tewas di kampus ketika mengikuti latihan pembinaan.

Apa pun penyebab kematiannya, kasus ini tentu memukul perasaan keluarga Cliff di Kelurahan Kombos, Manado, Sulawesi Utara. Sherli, ibu korban, tak henti-henti menangis ketika mengetahui putra tercintanya telah berpulang.

Sherli juga tanda tanya dengan penyebab kematian putranya. Sebab selama ini Cliff mengaku sehat apalagi menderita lever. Tapi sepekan silam, Sherli sempat ditelepon korban yang mengaku punya sedikit masalah di kampusnya. Cliff mengajak temannya protes kepada dosen yang meminta uang untuk diktat. "Dia minta uang 50 ribu (rupiah)," kata Sherli mengutip perkataan anaknya.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini