Sukses

Pihak IPDN Mencoba Menutupi Kekerasan di Kampus

Para praja dikumpulkan dan disuruh menandatangani surat pernyataan bahwa tak ada kekerasan di kampus. Presiden Yudhoyono akan menerima Mendagri ad interim Widodo AS dan Rektor IPDN Nyoman Sumaryadi.

Liputan6.com, Jakarta: Pihak Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat tampaknya terus berusaha menutupi tentang kekerasan di dalam kampus. Para praja dikumpulkan dan disuruh menandatangani surat pernyataan bahwa tak ada kekerasan di kampus. "Ada yang mau dan ada yang nggak mau," kata dosen IPDN, Inu Kencana dalam Liputan 6 Siang, Senin (9/4).

Menurut Inu, informasi tersebut didapat setelah beberapa praja bercerita di rumahnya. "Dia datang tapi tentu dia takut kalau diperlihatkan identitasnya," ujar Inu. Pria ini menambahkan sangat percaya dengan laporan yang diberikan oleh anak didiknya. "Anaknya jujur," kata Inu.

Dalam waktu dekat Inu akan diperiksa tim investigasi. Inu mengaku siap. Menurut Inu, pihak IPDN tidak mencantumkan tewasnya praja bernama Gatot, Fahrudin, dan Edi. Para korban meninggal dengan dada retak namun tak divisum. Ditambah lagi, Aliyan yang mengalami geger otak lantaran jatuh di barak dan dipukuli kembali para pengasuh. "Saya curiga ini dihilangkan," kata Inu.

Pernyataan ini sebagai bandingan atas data yang dimiliki Departemen Dalam Negeri. "Valid saya karena sejak STPDN [nama sebelum diganti IPDN] dibuka saya sudah ada di sini," ujar Inu. Lebih jauh Inu mengatakan, tindakan yang diambilnya sudah benar. "Setelah macet semua perjuangan ya saya akan berdoa," kata Inu.

Berdasarkan data yang dimiliki Inu, sebanyak 35 praja tewas akibat pemukulan yang disebut-sebut sebagai pembinaan fisik itu. "Mereka diikat, ditelanjangi, digebukin. Kalau yang perempuan disuruh makan muntah," jelas Inu. Dari temuan itu Inu bertekad membongkar tiap kasus yang menimpa para siswanya [baca: Kuat Dugaan Jenazah Cliff Disuntik Formalin].

Inu menambahkan, seharusnya bukan dirinya yang diperiksa tim investigasi. "Kalo ada yang meninggal yang diinvestigasi [harusnya] yang bawa formalin yang menyuntikan, kemudian yang mengatakan tak ada izin dari orang tua dam juga yang mengatakan liver. Itu kan bohong," kata Inu sambil menambahkan, "Yang harus diperiksa kok saya,".

Akibat keberanian Inu membongkar borok IPDN, dia mendapat banyak masalah. Seorang dosen senior IPDN mengatakan, kalau dirinya telah merekayasa keadaan. Namun demikian Inu mengaku tidak akan mundur. "Kalau saya keluar itu pengecut," kata dia. Inu menambahkan tak susah untuk membunuh dirinya. "Kasih saja garam karena saya hipertensi," ujar Inu.

Kini, Inu dinonaktifkan sebagai dosen oleh Rektor IPDN Nyoman Sumaryadi. Namun sejauh ini belum diketahui alasan penonaktifan tersebut. Inu menilai penonaktifan dirinya untuk memperlancar pemeriksaan. Pasalnya kemarin pemeriksaan sempat tidak jadi karena dia akan mengajar. Bagi saya mengajar itu wajib," ujar Inu.

Sementara itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Menteri Dalam Negeri ad interim Widodo A.S. dan Nyoman Sumaryadi. Presiden akan mendengar laporan hasil penyelidikan tim investigasi tentang kematian Cliff Muntu dana masih adanya kekerasan di dalam kampus [baca: Hari Ini Rektor IPDN Dipanggil Presiden Yudhoyono].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.