Sukses

Inu Kencana Kembali Mengajar

Inu Kencana diperbolehkan kembali mengajar setelah diperiksa selama delapan jam oleh tim investigasi Depdagri. Rektor IPDN menilai pernyataan Inu dapat menimbulkan kemarahan di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta: Dosen Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Inu Kencana akhirnya diperbolehkan kembali mengajar setelah diperiksa selama delapan jam oleh tim investigasi Departemen Dalam Negeri, Selasa (10/4). "Saya sangat senang mengajar, Alhamdulillah," kata Inu Kencana.

Sebelumnya rektor IPDN I Nyoman Sumaryadi menonaktifkan Inu karena sedang diperiksa terkait pernyataannya tentang kekerasan di IPDN. Berdasarkan data yang dimiliki Inu, sedikitnya 35 orang meninggal dalam proses pendidikan atau setelah lulus IPDN, dan 17 di antaranya meninggal tak wajar [baca: Inu Kencana Diperiksa Tim Investigasi Depdagri].

Terkait kematian Cliff diperiksa juga sejumlah praja di luar tersangka, pengajar, dan pengawas yang jumlahnya 100 orang. Pemeriksaan akan dilakukan dengan komprehensif. "Semuanya akan saya periksa yang berkaitan dengan kematian Cliff Muntu," kata Soetjahjo, ketua tim investaigasi Depdagri.

Sikap Inu yang membuka ke publik tentang kekerasan IPDN mendapat komentar dari berbagai pihak. Bahkan mereka menilai pimpinan IPDN yang perlu diperiksa karena membiarkan ada kekerasan dalam proses pendidikan dengan mengatasnamakan pembinaan. "Dia berani menanggung risiko yang sangat besar," kata Arif Rahman, seorang mahasiswa.

Hal senada diungkapkan psikolog Ghozi. Menurut Ghozi, keberanian Inu dalam mengungkapkan borok di IPDN harus didukung. Pun demikian menurut Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta Komaruddin Hidayat. "Kalau yang disampaikan [Inu] benar pemerintah harus berterima kasih sehingga dapat melakukan perubahan," kata dia.

Pendapat sebaliknya dikeluarkan Sumaryadi. Menurut dia, pernyataan Inu justru dapat menimbulkan kemarahan masyarakat. Pernyataan Sumaryadi disampaikan seusai sejumlah wakil praja membuat pernyataan sikap di Kampus IPDN, petang tadi. "Memberi kontribusi kemarahan masyarakat karena di sini seolah-olah tempat pembunuhan," ujar sang rektor.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini