Sukses

Ungkapan Kebahagiaan dan Bangga Keragaman Budaya di Indonesia, WBI Foundation Gelar Cap Go Meh

Warisan Budaya Indonesia Foundation (WBI Foundation) menyelenggarakan Cap Go Meh pada hari ini, Jumat (23/2/2024) sebagai ungkapan kebahagiaan dan kebanggaan akan keragaman budaya.

 

Liputan6.com, Jakarta - Warisan Budaya Indonesia Foundation (WBI Foundation) menyelenggarakan Cap Go Meh pada hari ini, Jumat (23/2/2024) sebagai ungkapan kebahagiaan dan kebanggaan akan keragaman budaya.

Menurut Ketua Umum WBI Foundation Yanti Airlangga, Cap Go Meh sendiri adalah bagian dari rangkaian perayaan Imlek yang paling ditunggu oleh masyarakat Tionghoa.

Dia mengatakan, berasal dari dialek Hokkien yang bermakna malam ke-15 dan selalu jatuh pada hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh menjadi rangkaian penutup acara tahun baru Cina.

"Jadi wajar, kalau acaranya pun diselenggarakan secara meriah. Bagi masyarakat Tionghoa sendiri, hal ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur agar segala urusan dan keinginan di masa mendatang dapat berjalan lancar," ujar Yanti yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Jumat (23/2/2024).

Sementara itu, Anggota WBI Didi Budiarjo mengatakan, acara Cap Go Meh bersama Warisan Budaya Indonesia diadakan di Majapahit Lounge, The Dharmawangsa. Dalam acara ini, para undangan mengenakan busana Peranakan.

"Busana dengan gaya Peranakan adalah asimilasi budaya Tiongkok dengan Indonesia, salah satunya kebaya encim, yang biasa dikenakan perempuan Tionghoa yang telah menikah," kata Didi.

Kebaya encim ini biasanya dipadukan dengan kain batik dari berbagai daerah di Jawa seperti Semarang, Lasem, Tuban, Surabaya, Pekalongan, dan Cirebon.

"Motif-motif batik dari daerah. Dominan dengan warna-warna yang cerah ditampilkan seperti merah muda, kuning, ungu, oranye, biru, serta hijau. Motif yang banyak ditonjolkan adalah motif bunga dan burung merak," jelas Didi.

 

2 dari 2 halaman

Meresmikan Galeri

Pakaian lain yang juga menjadi ciri khas peranakan adalah Cheongsam, salah satu jenis kostum tradisional perempuan Cina. Di Indonesia, Cheongsam menjadi kaya karena dibuat dengan perpaduan kain batik Indonesia, yang motifnya mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina.

Turut menyemarakan acara adalah peragaan busana dari beberapa disainer WBI Nita Seno Adji, Putroh, Putri Pare, Wilsen, Ghea Sukasah, Mel Ahyar, Carmanita, Didi Budiardjo, Danny S & Denny Wirawan. Acar Cap Go Meh juga menghadirkan karya dari Akhsan, Jana, Tiyasa, EPA, Eko Kemenko dan Mariko. Semua dikemas dalam sentuhan budaya Peranakan yang kental dan menawan.

Hal senada juga disampaikan pengurus WBI Sjamsidar Isa. Dia menyampaikan, lazimnya acara Cap Go Meh, acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai dan pertunjukan tradisional Tionghoa.

"Acara Cap Go Meh sekaligus menjadi momen peresmian Galery WBI Store di Bimasena. Di galeri yang berlokasi di Majapahit Lounge ini, nantinya pengunjung bisa melihat dan membeli aneka produk wastra dan kerajinan budaya Indonesia yang merupakan karya UMKM budaya. Galeri WBI juga diharapkan bisa menjadi tempat pecinta budaya berkolaborasi menampilkan karya-karya mereka," tegas Sjamsidar.