Sukses

Polisi Tembak Polisi

Seorang perwira menengah Polri di Merauke, menembak bekas anak buahnya yang berpangkat briptu. Setelah menembak empat peluru ke tubuh bawahannya, sang pelaku langsung bunuh diri dengan menembak ke arah kening.

Liputan6.com, Merauke: Kasus polisi menembak sesama rekan kembali terjadi. Diduga terlibat perseteruan, seorang perwira menengah Polri di Merauke, Papua, Selasa (22/5), menembak mantan anak buahnya yang berpangkat brigadir satu atau briptu. Setelah menembak empat peluru ke tubuh bawahannya, sang pelaku langsung bunuh diri dengan menembakkan senjata apinya ke arah kening. Sejauh ini, belum diketahui motif pembunuhan sekaligus bunuh diri tersebut.

Penembakan itu terjadi di Hotel Asmat, Merauke, kemarin sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Saat itu Ajun Komisaris Polisi Ronny Pasaribu, mantan Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Merauke, baru saja masuk hotel. Ronny yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta, memang baru tiba di Merauke. Ia dijemput oleh bawahannya, Briptu Nur Hidayat.

Lima belas menit setelah masuk hotel, Briptu Hidayat terlibat cekcok dengan Ronny Pasaribu. Tak jelas apa persoalannya, namun tidak lama kemudian terdengar letusan senjata api. Hidayat sempat berlari keluar dari kamar hotel setelah ditembak empat peluru oleh atasannya. Sedangkan Ronny kembali ke kamarnya. Tapi, tak lama kemudian, terdengar letusan senjata api dari dalam kamar. Dan Ronny pun ditemukan telah tak bernyawa. Ia diduga sengaja bunuh diri setelah membunuh Briptu Hidayat. Adapun sejauh ini penyidik Kepolisian Daerah Papua masih mengusut kasus polisi tembak polisi tersebut.

Kepala Polda Papua Brigadir Jenderal Polisi Max Donald Aer membenarkan penembakan yang dilakukan anak buahnya. Belum diketahui motif AKP Ronny Pasaribu tega membunuh bawahannya sendiri, Briptu Hidayat. Yang terang, Ronny Pasaribu diketahui datang ke Merauke untuk mencari bahan pembuatan skripsi pendidikannya di PTIK.

Sementara di Medan, Sumatra Utara, mendung duka tampak menyelimuti rumah keluarga Ronny Pasaribu. Rumah duka di Jalan Amaliun Nomor 11, kawasan Medan Kota itu sejak tadi malam sudah dilangsungkan tahlilan untuk mendoakan almarhum. Di mata keluarga, lulusan Akademi Kepolisian tahun 1999 itu adalah anak yang cerdas dan cenderung pendiam. Putra kedua dari lima bersaudara ini adalah mantan Kasat Lantas Polres Merauke.

Kakak almarhum Ronny Pasaribu, Nelli Nurlina, menampik dugaan adiknya ada hubungan asmara sejenis dengan Briptu Hidayat yang tewas terlebih dahulu diberondong oleh mantan atasannya itu. Sebelumnya terbetik kabar burung, pertengkaran itu diduga dipicu akibat terbakarnya api cemburu karena Hidayat segera melangsungkan pernikahan dengan wanita pilihan hatinya. Sedangkan ayah korban, Makmur Pasaribu, berharap kasus ini segera diusut tuntas oleh kepolisian. Rencananya siang ini jenazahnya akan tiba di rumah duka.

Suasana duka juga menyelimuti keluarga Briptu Hidayat. Orang tua Briptu Hidayat tak kuasa menahan kesedihan begitu melihat anaknya sudah terbujur terbungkus kain kafan. Padahal, bulan depan nanti, pria asal Bojonegoro, Jawa Timur, itu akan melangsungkan pernikahan. Bahkan semua persiapan telah dilakukan, namun ternyata takdir berbicara lain. Hidayat menjadi korban penembakan mantan atasannya, AKP Ronny Pasaribu.

Mendung dukacita mendalam juga menaungi rekan-rekan korban di Markas Polres Merauke, tempat jenazah Briptu Hidayat dan AKP Ronny Pasaribu disemayamkan. Ronny tewas bunuh diri dengan menembakkan pistol ke keningnya setelah ia menembak Briptu Hidayat di Hotel Asmat. Adapun sejak lulus dari Akpol, Ronny ditempatkan di Papua dan saat ini sedang mengikuti pendidikan di PTIK Jakarta. Sesekali Ronny ke Papua untuk kepentingan skripsi.

Pagi tadi, jenazah Ronny telah diterbangkan ke Medan untuk dimakamkan di kampung halamannya. Sedangkan jenazah Hidayat diterbangkan ke Surabaya untuk dikuburkan di Bojonegoro, Jatim.

Peristiwa penembakan terjadi di Hotel Asmat, Merauke. Sebelum insiden ini, Briptu Nur Hidayat menjemput AKP Ronny Pasaribu dari Bandar Udara Mopah, Merauke. Mantan Kasatlantas Polres Merauke ini memang baru pulang dari Jakarta, setelah mengikuti pendidikan di PTIK. Di perjalanan menuju hotel, keduanya diduga terlibat percekcokan, namun entah masalah apa.

Tak lama setelah keduanya masuk kamar nomor 16 di Hotel Asmat, terdengar letusan. Briptu Nur Hidayat berlari keluar dengan luka tembak di tangan kiri yang tembus ke ketiak. AKP Ronny masih mengejarnya dan kembali menembakkan dua peluru. Salah satunya mengenai pelipis kiri yang menembus pelipis kanan Hidayat. Sang korban pun tersungkur. Ronny kemudian masuk ke kamar dan mengunci diri, sebelum menembak kepalanya sendiri. Ronny menggunakan pistol jenis Revolver SMW.

Kasus penembakan polisi terhadap polisi sebenarnya bukan baru kali ini saja terjadi. Kasus penembakan oleh Brigadir Satu Hance Cristianto terhadap atasannya, Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Semarang AKBP Lilik Purwanto, pertengahan Maret silam, misalnya. Peristiwa itu dipicu akibat Hance kecewa berat akan dimutasikan dari Polres Semarang ke Polres Bantul [baca: Wakapolwiltabes Semarang Tewas Ditembak Anak Buahnya].

Sejak peristiwa itu, keberadaan senjata api di kalangan anggota Polri langsung diperketat. Anggota kepolisian dilarang keras membawa senjata api jika tidak sedang bertugas. Bahkan, sejumlah wilayah kepolisian langsung menarik senjata dan menggelar tes psikologi terhadap anak buahnya [baca: Ratusan Senjata Api Milik Anggota Polri Ditarik].

Akan tetapi, Polri kembali kebobolan. Penembakan oleh AKP Ronny Pasaribu terhadap mantan anak buahnya, Briptu Nur Hidayat, membuktikan kontrol terhadap senjata di kalangan Polri masih sangat minim. Benarkah psikotes yang belakangan banyak digelar pihak kepolisian cukup efektif mengantisipasi tindakan anggota Polri mencoreng korpsnya sendiri? Menurut penasihat Kepala Polri di bidang psikologi Sarlito Wirawan, sebenarnya bukan tes kejiwaan yang dipersoalkan, tetapi justru pelaksanaan dari hasil tesnya.

Mungkin bukan hanya tes psikologi yang diperlukan untuk membina anggota Polri. Namun juga pola pembinaan mental dan moral aparat kepolisian. Jangan sampai senjata yang seharusnya digunakan untuk memerangi para penjahat, justru digunakan untuk menembak rekan sendiri.(ANS/Tim Liputan 6 SCTV)