Luberan lumpur panas dari perut bumi belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Bahkan pagi tadi, tanggul di sektor 25 di Desa Jatirejo jebol kembali. Hal ini mengakibatkan permukaan lumpur naik. Kawasan Jatirejo hingga titik 46 terancam. Spillway untuk membuang lumpur ke Sungai Siring pun tak lagi berfungsi [baca: Setahun Sudah Lumpur Lapindo Menyembur].
Peringatan setahun lumpur Lapindo diwarnai unjuk rasa. Lima orang protes di depan Kantor Lapindo di kawasan Gedangan, Sidoarjo. Mereka melempar karung berisi lumpur ke kantor tersebut. Selain kesal karena Lapindo dianggap sebagai penyebab bencana, perusahaan milik keluarga Bakrie ini juga belum merealisasikan ganti rugi.
Selain menenggelamkan ribuan rumah warga, semburan lumpur Lapindo juga memorakporandakan 21 perusahaan. Dua bulan setelah lumpur pertama kali menyembur di akhir Mei 2006, satu per satu pabrik yang berada di sekitar pusat semburan terpaksa memindahkan peralatan. Ratusan usaha kecil menengah juga gulung tikar. Hingga akhir Mei 2007, jumlah perusahaan yang terkena dampak lumpur bertambah menjadi 26 perusahaan.
Advertisement
PT Lapindo Brantas mengklaim telah mengucurkan dana sekitar Rp 52 miliar untuk membayar ganti rugi perusahaan dan UKM yang terkena dampak lumpur. Lapindo berharap agar 12 perusahaan yang belum sepakat soal besaran ganti rugi juga mau memahami kondisi yang ada.
Semburan lumpur Lapindo bukan hanya berdampak pada industri skala besar dan industri kecil. Sektor lain seperti transportasi dan perdagangan juga terkena. Ini lantaran lumpur merusak jalan di kawasan Porong yang menjadi akses vital keluar masuk Kota Surabaya.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)