Liputan6.com, Jakarta: Pihak Nike akhirnya memutuskan untuk memperpanjang terminasi order kepada PT Hardaya Aneka Shoes Industry serta PT Naga Sakti Parama Shoes Industry. Menurut pemilik kedua pabrik, Hartati Murdaya, Selasa (24/7) malam, Nike memperpanjang terminasi order dari sembilan bulan hingga 12 bulan atau akan berakhir Juli tahun depan. Nike juga memperbanyak pesanan dari sebelumnya yang rata-rata 200 ribu pasang sepatu menjadi 400 ribu pasang sepatu setiap bulan.
Namun, Hartati menolak keputusan tersebut karena dinilai cuma untuk menenangkan buruh sesaat. Yang diinginkan buruh saat ini, menurutnya, adalah order sesuai kapasitas pabrik untuk jangka waktu panjang, bukan hanya setahun. Penambahan order dinilai tak berguna bila Nike memesan sepatu-sepatu yang masuk kategori model rumit. Pasalnya, hal itu akan membuat produktivitas menurun yang disebabkan pekerja terfokus menyelesaikan sepatu yang memakan waktu lebih banyak.
Hartati menginginkan Nike secara bersama-sama dengan pihaknya mempedulikan nasib 14 ribu buruh kedua pabrik. Keputusan tersebut dinilai percuma, karena setelah masa terminasi habis, buruh akan menganggur.
Karena itu, saat ini dirinya sudah memikirkan untuk menciptakan lapangan kerja baru buat karyawannya. Bisa berbentuk pabrik sepatu, pertanian, atau bidang lainnya. Harapannya, Nike membantu menampung para buruh selama masa transisi untuk memberikan waktu baginya membuat lapangan kerja baru tersebut.
Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Nasional PT HASI, Agus Widodo, juga mengatakan hal senada. Menurutnya, yang diinginkan buruh bukan melulu pesangon, tapi pekerjaan. Bila order tak ada, maka buruh tak lagi bekerja.
Sebelumnyua, pemerintah sudah mengupayakan jalan kompromi dengan mengajukan dua opsi. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, opsi pertama yang ditawarkan oleh pemerintah adalah Nike memperpanjang kontrak. Kedua, negosiasi antara pihak Nike dan dua perusahaan milik Hartati terus dilakukan [baca: Pemerintah Meminta Nike Memperpanjang Kontrak].(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)
Namun, Hartati menolak keputusan tersebut karena dinilai cuma untuk menenangkan buruh sesaat. Yang diinginkan buruh saat ini, menurutnya, adalah order sesuai kapasitas pabrik untuk jangka waktu panjang, bukan hanya setahun. Penambahan order dinilai tak berguna bila Nike memesan sepatu-sepatu yang masuk kategori model rumit. Pasalnya, hal itu akan membuat produktivitas menurun yang disebabkan pekerja terfokus menyelesaikan sepatu yang memakan waktu lebih banyak.
Hartati menginginkan Nike secara bersama-sama dengan pihaknya mempedulikan nasib 14 ribu buruh kedua pabrik. Keputusan tersebut dinilai percuma, karena setelah masa terminasi habis, buruh akan menganggur.
Karena itu, saat ini dirinya sudah memikirkan untuk menciptakan lapangan kerja baru buat karyawannya. Bisa berbentuk pabrik sepatu, pertanian, atau bidang lainnya. Harapannya, Nike membantu menampung para buruh selama masa transisi untuk memberikan waktu baginya membuat lapangan kerja baru tersebut.
Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Nasional PT HASI, Agus Widodo, juga mengatakan hal senada. Menurutnya, yang diinginkan buruh bukan melulu pesangon, tapi pekerjaan. Bila order tak ada, maka buruh tak lagi bekerja.
Sebelumnyua, pemerintah sudah mengupayakan jalan kompromi dengan mengajukan dua opsi. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, opsi pertama yang ditawarkan oleh pemerintah adalah Nike memperpanjang kontrak. Kedua, negosiasi antara pihak Nike dan dua perusahaan milik Hartati terus dilakukan [baca: Pemerintah Meminta Nike Memperpanjang Kontrak].(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)