Sukses

Ryaas Rasyid: Perlu Pemimpin dan Manajemen Baru

Ryaas Rasyid menyatakan, perubahan sistem manajemen dan kepemimpinan secara total akan memperbaiki IPDN. Suasana baru juga diperlukan IPDN, terutama terbebas dari segala bentuk kekerasan.

Liputan6.com, Jakarta: Ryaas Rasyid, mantan Ketua Tim Pelaksana Evaluasi Pendidikan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), menyatakan perubahan manajemen dan kepemimpinan secara total akan memperbaiki lembaga tersebut. "Perlu ada pemimpin baru, sistem manajemen baru, dan suasana baru di lingkungan kampus itu (IPDN) yang bebas dari segala bentuk kekerasan," kata Ryaas Rasyid menanggapi kasus pengeroyokan yang dilakukan praja IPDN terhadap Wendy Budiman di Jakarta, Rabu (26/7) [baca: Korban Sempat Mengeroyok Praja dalam Lift].

Sementara itu, Forum Komunikasi Reformasi Sekolah Pamong Praja (FKRSPP) bersama Inu Kencana kemarin mendatangi Kantor Komisi Pemberatasan Korupsi. Mereka memberikan tambahan bukti dugaan korupsi di tubuh IPDN seperti yang dilaporkan FKRSPP pada 25 juni silam. Dugaan korupsi itu di antaranya penyewaan lahan ratusan hektar kepada warga tetapi hasil uang tersebut tak dimasukan ke dalam kas IPDN [baca: Dugaan Korupsi IPDN Dilaporkan ke DPR].

Sidang lanjutan kasus kematian praja IPDN, Cliff Muntu, dengan terdakawa profesor Lexie M Girot kemarin kembali digelar di Pengadilan Negeri Bandung. Agenda sidang adalah memeriksa keterangan sejumlah saksi, antara lain mantan Kepala Kepolisian Resor Sumedang Ajun Komisaris Besar Polisi Syamsul Bahlir. Keempat saksi yang dihadirkan jaksa penuntut umum memberatkan posisi dekan ilmu pemerintahan IPDN itu. Lexie dinilai telah menghalang-halangi upaya penyidikan polisi serta membohongi pihak keluarga korban [baca: Lexie Giroth Dinilai Menghalangi Penyidikan].

Sidang ini dihadiri puluhan praja IPDN. Padahal sebelumnya, Rektor Pelaksana Tugas IPDN Johanis Kaloh melarang prajanya keluar kampus. Hal ini menyusul kasus pengeroyokan yang menewaskan warga Jatinangor.(BOG/Tim Liputan 6 SCTV)

    Video Terkini