Liputan6.com, Tangerang: Para pengguna jalan bebas hambatan bersiaplah merogoh kocek lebih dalam. Dalam waktu dekat ini, pemerintah bakal menaikkan tarif jalan tol sebesar 21 persen. Sayangnya, kenaikan tarif tersebut tak dibarengi dengan kondisi jalan tol yang sepenuhnya baik. Pada ruas jalan tol Tangerang-Merak, misalnya, kondisi aspal dan beton banyak yang rusak [baca: Tarif Tol Jadi Dinaikkan].
Kerusakan pada ruas Tol Tangerang-Merak ini bukan baru saja terjadi. Sejak beroperasi tahun 1992, ruas jalan ini memang kerap rusak. Mulai dari retaknya beton, penurunan badan jalan serta rusaknya lapisan aspal. Padahal, ruas jalan tol sepanjang 72,45 kilometer ini menghubungkan Pelabuhan Merak yang vital bagi perekonomian.
Pihak Departemen Pekerjaan Umum sendiri sebenarnya telah mengatur standar minimum pelayanan jalan tol. Dalam standar ini, kondisi jalan tol sebenarnya harus seratus persen bebas dari lubang dan kerusakan lainnya. Belum lagi mengenai ketidakrataan dan kekesatan sehingga pengguna jalan tol dapat memacu kecepatannya hingga 1,8 kali kecepatan tempuh rata rata jalan bukan bebas hambatan. Namun, pengawasan yang kurang dari regulator menyebabkan kualitas pelayanan penyelenggara jalan tol tak meningkat.
Advertisement
Kenaikan jalan tol ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. Dalam peraturan ini memang disebutkan bahwa evaluasi dan penyesuaian tarif jalan tol diadakan dua tahun sekali. Dan menurut Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, rencana pemerintah menaikkan tarif jalan tol di 13 ruas sebesar 21 persen ini tinggal menunggu hari [baca: Kenaikan Tarif Tol Dikeluhkan Konsumen].
Walau demikian, sebagian masyarakat mengeluhkan pelayanan yang diberikan penyelenggara jalan tol belum membaik, seperti kemacetan terus terjadi serta kondisi jalan yang rusak. Kenaikan tarif yang tak sejalan dengan peningkatan pelayanan itu pun mendorong kalangan DPR dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mengusulkan penundaan kenaikan tarif. Mereka pun mendesak pemerintah mengkaji kembali regulasi yang berlaku.(ANS/Linda Putri Mada dan Rudi Utomo)
Error loading player:
No playable sources found