Sukses

Rekam Medis Terakhir Pak Harto

Sehari sebelum wafat, Pak Harto sudah bisa merespon dokter dengan anggukan dan gerakan mata. Ini jelas sebuah kemajuan. Karena sehari sebelumnya, Pak Harto dinyatakan mengalami kegagalan multiorgan.

Liputan6.com, Jakarta: Mantan Presiden Soeharto kembali dirawat di awal tahun ini. Berita sakitnya sang penguasa Orde Baru ini langsung menjadi topik utama pemberitaan. Apalagi selama dirawat, kondisi sang mantan presiden turun naik. Tidak stabil. Hingga akhirnya Pak Harto wafat pada Ahad, 27 Januari 2007.

Sabtu 26 Januari malam, tim dokter kepresidenan menyatakan Pak Harto masih ditidurkan. Meski masih kritis, Pak Harto sudah bisa merespon dokter dengan anggukan dan gerakan mata. Tekanan darah memang naik turun namun masih dinyatakan stabil. Alat bantu pernapasan atau ventilator masih terpasang. Penyedotan cairan dan transfusi darah pun masih terus dilakukan.

Ini jelas sebuah kemajuan. Karena sehari sebelumnya, Pak Harto dinyatakan mengalami kegagalan multiorgan. Artinya hampir semua organ vital Pak Harto tidak berfungsi dengan baik mulai dari jantung, paru-paru, hingga ginjal. Pemasangan ventilator kembali memperpanjang hidupnya.

Fungsi jantung Pak Harto memang menurun sejak 2001. Saat itu, alat pacu jantung ditanam untuk membantu jantung kiri. Kini ditemukan gerakan jantung kiri dan kanan tidak sinkron. Ditambah lagi ternyata ada otot jantung yang rusak. Tidak berfungsi. Ini akibat jaringan parut bekas operasi pemasangan alat pacu jantung dulu.

Akibatnya, sirkulasi darah di seluruh tubuh Pak Harto terganggu. Khususnya di paru-paru. Apalagi ternyata sudah sejak lama tekanan darah di paru-paru Pak Harto amat tinggi. Darah yang terpompa lemah dari jantung yang tidak berfungsi baik balik lagi menuju paru-paru. Ini mengakibatkan penumpukan cairan di paru-paru Pak Harto. Ginjal juga memakai alat bantu. Fungsi ginjal Pak Harto yang sudah menurun sejak lama kian buruk dengan terganggunya sirkulasi darah.

Naik turunnya kondisi Pak Harto membuat banyak orang berspekulasi. Bahkan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari sempat melontarkan pernyataan bahwa Pak Harto sebenarnya menjalani kehidupan semu. Ini karena organ vital Pak Harto berfungsi dengan alat bantu. Pernyataan ini tentu dibantah tim dokter kepresidenan. Sebab, menurut tim dokter, kehidupan semu terjadi bila fungsi otak mati sama sekali padahal fungsi otak Pak Harto masih cukup baik.

Selama dirawat, tim dokter memantau kondisi Pak Harto setiap dua jam sekali. Selama itu pula, lantai lima Rumah Sakit Pusat Pertamina seakan menjadi magnet. Hampir semua kalangan baik pejabat maupun yang sudah mantan, masyarakat awam, ataupun keluarga Cendana terus berdatangan untuk menjenguk Pak Harto.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)