Sukses

Setelah Jenderal Besar Pergi...

Kontroversi mengiringi wafatnya mantan Presiden Soeharto. Selain keterlibatan IMF dan AS dalam pelengseran Pak Harto, wacana pemberian gelar pahlawan nasional juga memicu pro dan kontra.


Liputan6.com, Jakarta: Mantan Presiden Soeharto wafat pada Ahad (27/1) silam. Jenazah penguasa Orde Baru ini pun kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah, keesokan harinya. Sejumlah petinggi negara dan tamu asing turut menghadiri pemakaman yang digelar secara militer dan dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu [baca: Pemakaman Soeharto, Peristiwa Besar di Tanah Air].

Namun, wafatnya Pak Harto bukan berarti semua cerita tentang sosok Jenderal Besar ini ikut terkubur. Sebaliknya, berbagai kontroversi mulai bermunculan tak lama setelah pemakaman. Misalnya tentang lengsernya Pak Harto di tahun 1998 yang diduga akibat rekayasa asing, kini kembali mengemuka. Begitu juga dengan wacana pemberian gelar pahlawan nasional yang digagas tokoh Partai Golkar, membuat nama Pak Harto kembali disebut-sebut [baca: Wacana Pemberian Gelar Pahlawan Pak Harto Mengemuka].

Fadli Zon, Direktur Institute For Policy Studies dan penulis buku The IMF Game, mengatakan memiliki dokumen bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) dan Amerika Serikat yang merancang strategi menumbangkan Pak Harto. Namun, Emil Salim yang pernah menempati beberapa pos di kabinet semasa pemerintahan Soeharto, membantahnya. Menurutnya, yang terjadi waktu itu adalah rapuhnya institusi politik kita yang berimbas pada krisis ekonomi. "Untuk penyelesaian krisis itulah IMF turun tangan," tegas Emil.

Pembahasan kedua isu kontroversial tersebut dapat dilihat selengkapnya dalam tayangan video Topik Minggu Ini edisi Rabu (30/1). Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR, Priyo Budi Santoso, selaku pencetus gagasan pemberian gelar pahlawan nasional bagi Pak Harto, turut berbicara dalam tayangan ini.(ADO)
    Video Terkini