Liputan6.com, Jakarta: Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) di Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, adalah kawasan hutan bakau terakhir yang tersisa di Jakarta. Kawasan ini tergolong memiliki keanekaragaman hayati cukup tinggi mengingat kondisinya yang terkepung permukiman. Dengan luas 25,02 hektare, sedikitnya hidup 74 jenis burung, dua spesies mamalia, dan empat jenis reptilia.
Secara ekologis kehadiran mangrove atau hutan bakau di tempat ini berfungsi melindungi pantai dari abrasi. Selain mangrove, SMMA juga ditumbuhi sejenis pakis, rumput gelagah, Nipah, serta Ketapang. Di sini juga masih bisa dijumpai kelompok monyet ekor panjang yang makanan utamanya daun muda dan buah-buahan bakau seperti pidada.
Sayangnya, keberadaan SMMA sekarang semakin terancam oleh tangan-tangan jahil manusia. Alih-alih berfungsi sebagai pelindung abrasi, kawasan itu malah dijadikan "tempat pembuangan sampah akhir" oleh warga Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jaya saat ini tengah mengupayakan pembangunan pagar penahan sampah sepanjang batas kawasan sekitar satu kilometer.
Advertisement
Upaya lainnya, dengan menyadarkan masyarakat akan pentingnya konservasi menyeluruh. Kepala Balai Konservasi SDA DKI Jaya Ben G. Saroy mengatakan pihaknya mulai fokus pada kegiatan-kegiatan pencinta alam yang melibatkan generasi muda. Salah satu yang telah dilakukannya adalah mengadakan workshop pengelolaan kolaborasi kawasan hutan.
Data yang diperoleh dari Departemen Kehutanan, kawasan hutan mangrove yang ada di Jakarta pada 1982 sekitar 8.000 hektare. Namun angka itu menyusut drastis hingga tersisa 5.000 hektare dalam 10 tahun. Bahkan, saat ini cuma meninggalkan sekitar 300 hektare untuk seluruh kawasan Jakarta.(YNI/Tim Usaha Anda)
Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta
Jalan Salemba Raya No. 9 Jakarta Pusat 10440
Telepon/Faksimile: 021-3158142